Catatan Kedua Puluh Satu Sekolah
Rencananya ini hari terakhir saya berada di sekolah pada pekan ini. Saya piket selama dua hari dan sehari lainnya saya menemani Pak Sukri agar ia tak sendiri saat bermalam.
Kepala sekolah yang datang mengabarkan bahwa besok atau mungkin sebentar sore bapak pengawas akan datang. Kalau ia datang sore berarti ia bermalam dan kalau besoknya berarti ia bermalam di rumah saya, begitu kata kepala sekolah. Saya yang berencana untuk pulang pun urung melakukannya. Apalagi ada hal yang mengharuskan kami berurusan dengan pengawas sekolah.
Benar saja, sorenya Pak Pengawas datang. Ia datang sore sekitar jam 5 lewat. Kami tak mengira bahwa ia akan datang mengingat cuaca beberapa hari terakhir selalu hujan. Untuk masuk ke sekolah sendirian sangat sulit mengingat jalan yang masih sebagian rusak. Kami bertemu saat hendak memperbaiki air yang seharian tidak jalan.
Sebenarnya kami sudah terlambat karena hari sudah terlanjur malam. Sehingga kami tak berhasil untuk kesempatan pertama. Nanti pada kesempatan kedua barulah berhasil karena kami dibantu oleh warga. Mereka juga yang lebih paham dengan air ini.
Malamnya kami banyak berbincang dengan Pak Pengawas. Mulai dari hal-hal ringan, berbagi pengalaman hingga pada tugas kami di sekolah. Ternyata ia sangat ramah. Banyak sekali pengalaman yang ia miliki dibagi kepada kami. Kami pun begitu antusias dengan pengalaman beliau.
Menjelang beliau istirahat ia sempat mengajak kami bermain. Gamenya ini merupakan implementasi dari teori probabilitas. Ia menamakan game ini tebak tanggal lahir. Jadi ceritanya ia bisa menebak tanggal berapa tanggal lahir seseorang melalui 5 kumpulan kartu. Dan benar saja tebakannya selalu benar dan kami terbujuk untuk memecahkan teorinya.
Namun kami belum bisa memecahkan malam itu hingga hari berganti. Barulah keesokan harinya ia memberikan pemecahan masalahnya atau rumusnya. Ternyata semuanya serba simpel. Ia menyarankan untuk banyak belajar lagi.
Rabu, 9 September 2020
Post a Comment for "Catatan Kedua Puluh Satu Sekolah"