Catatan Kesembilan Puluh Lima Sekolah
Rabu ceria. Begitulah biasanya. Meski akhir-akhir ini hujan seringkali turun saat kami hendak pulang. Malam Rabu saya tak lagi sendiri. Ada Pak Sukri yang menemani juga Pak Syamsul. Menghabiskan malam dengan terlebih dahulu mengerjakan beberapa pekerjaan yang belum selesai. Lalu menjelang tidur membaca Majalah Dunia Pendidikan yang dilanggan sekolah. Saya paling suka seri cerpen. Berharapnya suatu saat bisa menulis disitu juga.
Pagi hari seperti biasa. Namun kali ini saya sudah terbebas dari tugas mengajar. Ada Pak Sukri dan Pak Syamsul yang kebagian tugas. Saya di kantor saja. Menonton televisi lalu sesekali menghadap laptop sembari mengerjakan tugas.
Saat hendak pulang, dan benar saja hujan pun turun. Meski tak sederas hujan sebelumnya. Saya pulang bersama Ibu Riska. Setelah kemarin Pak Sahril pulang dengan Ibu Anni dan Aliya. Hujan sebenarnya sudah mulai agak reda saat kami berangkat dari sekolah. Tapi di perjalanan hujan kembali turun tapi tak terlalu deras. Namun ini cukup membuat baju basah. Mantel kembali lupa saya bawa.
Di perjalanan pulang kami banyak bercerita. Banyak ketawa juga karena kami dicap oleh rekan di sekolah bahwa kami baru akan pulang kalau hujan turun. Kami sengaja menunggu hujan baru pulang katanya. Rasanya benar juga. Beberapa minggu terakhir kami selalu tiba di rumah dalam keadaan basah kuyup. Tapi cukup tertawakan sajalah.
Di Dea Kaju saya bersua Pak Jamal dalam keadaan bermantel. Ia hendak masuk di sekolah. Sehingga Pak Samsul tak jadi sendiri. Kami berbincang sebentar sebelum melanjutkan perjalanan. Hasilnya saya janjian untuk datang hari Minggu malam untuk mempersiapkan pelaksanaan ujian sekolah. Kami kebagian tugas mengawas hari Senin. Jadi harus bersiap.
Post a Comment for "Catatan Kesembilan Puluh Lima Sekolah"