Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mines dua puluh empat

Malam ini dingin. Dingin sekali. Angin berhembus sangat kencang. Sekira pukul 21:30 Wita saya bersama letting (sama sama lagi berKKN) dan seorang junior yang kebetulan orang parepare menyempatkan untuk berkumpul meski hanya sejenak. Pinggir laut tepatnya di Jalan Mattirotasi. Kami menghabiskan sisa malam sekedar berjumpa dan bersua seraya membincang hal hal yang penting untuk kami bicarakan. Mengikut juga rasa kangen yang sudah lama tak cair.

Senin 12 Desember 2016 malam ini. Kurang dari sebulan masa akhir KKN kami berakhir. Ditengah cuaca hujan yang masih malu malu untuk turun suasana santai berlangsung hingga masuk pukul 23:00. Cukup lama sih. Dengan ditemani segelas kopi susu sebagai pengobat rasa dingin yang sedari sore datang.

Kurang lebih dua puluh empat hari lagi kami akan mengakhiri masa KKN PPL Terpadu Angkatan XIII UNM yang dilangsungkan di Parepare. Jujur tak banyak yang bisa saya lakukan. Mungkin yang muncul hanya sebagian besar kekecewaan yang hadir. Aku rasakan itu. Dengan semangat awal aku datang untuk mengabdi tapi justru banyak hal yang hanya sebatas wacana semu saja. Mungkin itulah kekurangan dan ketakberdayaan saya dalam keadaan berada di tanah abdi.

Mendengar berbagai cerita suram perjalanan ini (mungkin hanya aku yang merasakan) rasanya sedih sudah tak bisa lagi bercerita. Tapi setidaknya segala yang kuaanggupi sudah kulakukan. Kecewa pasti akan selalu menyertai perjalanan seru selama kurang lebih dua bulan ini (jalan ke tiga bulan). Tapi dengan pedomanemulai langkah awal dengan niat yang baik setidaknya itu bisa menjadi obat yang bisa setidaknya menurangi rasa nyeri kekecewaan. Cerita murung kinerja yang kudengar langsung (saya rasa semuanya itu benar) dari sekitar ku itu kujadikan sebagai pedoman untuk bisa berbenah kembali di Malassar nantinya. Ternyata mengabdi itu bukan hanya sekedar kata-kata manis belaka. Ternyata tak cukup hanya manis butuh proses yang panjang untuk memperoleh rasa manis yang tak dilupa. Dan itu yang luput pada pengabdianku kali ini. Memang kuakui suasana kekeluargaan kami sangat erat tapi itu tak menjadi faktor kesuksesan kami dalam bergelut di tanah abdi. Keseriusan dan hubungan antara konsep dengankinerja memang harus berjalan secara kontinu dan berkelanjutan. Apabila salah satu mandeg maka inilah yang terjadi. Kalian mungkin paham maksudku.

Banyak hal yang dapat kupetik dalam mengarungi kerasnya kehidupan terkhusus di dua bulan terakhir ini. Bahwa bekerja tak iklas hanya semacam omongam belaka tanpa tau siapa yang ngomong. Itulh sebabnya ini yang terjadi (lagi lagi mungkin hanya saya yang merasa). Dibalik segala kebaikan yang mereka berikan ke kami. Aku merasa sangat bersalah karena tak mampu berikan yang terbaik. Jujur mungkin selama mengabdi merekalah yang menjadi penyemangat untuk mengabdi secara iklas. Meski harus kuakui itu saja tak cukup tanpa bantuan yang lain. Belerja dengan semangat mereka sangat membantu setidaknya bisa menyelesaikan sedikit kerja yang kami telah rencanakan.

Sampai disini dulu.... besok dilanjut kalau masih ada jaringan WIFInya hehehe

Muhammad Suaib Natsir
Muhammad Suaib Natsir Penyuka berat PSM Makassar, sehari-hari bertugas di SMPN 6 Satap Maiwa. Warga Enrekang

2 comments for "Mines dua puluh empat"