Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Catatan Kedelapan Sekolah

Malam tadi tidur yang tak terlalu nyenyak. Mungkin karena dingin yang lumayan. Sarung yang kupakai masih dapat menembus hingga ke pori-pori kulit. Malam tadi kuhabiskan dengan menonton sebuah film yang bertema pendidikan. Dari Bollywood sana. Negerinya film di dunia. 

Saya pernah membaca sebuah artikel bahwa jumlah film di India merupakan yang paling banyak diproduksi dalam setahun. Mengalahkan industri film Paman Sam yang mahsyur itu, Hollywood. Judul film itu adalah "hichki". Bercerita tentang seorang perempuan yang berkeinginan kuat menjadi seorang guru.

Namun perjalanannya untuk menjadi seorang guru yang ia idamkan tidak berjalan mulus. Ia ditolak berpuluh-puluh kali. Mungkin karena sang perempuan ini mengalami kelainan. Perempuan ini mengalami kelainan berupa cegukan yang terus menerus terjadi. Ia mengalami Tourette syndrome. 

Tourette syndrome alias sindrom Tourette adalah sebuah gangguan neuropsikiatri yang menyebabkan pengidapnya melakukan hal-hal secara berulang dan tiba-tiba. Biasanya, pengidap gangguan ini melakukan semacam gerakan atau mengucapkan kata-kata secara berulang yang tidak disengaja dan di luar kendali serta bersifat tiba-tiba. Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh pengidap sindrom ini disebut TIC.(dikutip dari halodoc.com dirilis 19 Februari 2019 dan diakses 28 Juli 2020 Pukul 19:17 Wita). 

Singkat cerita ia diterima di sekolah tempat ia bersekolah dulu. Tugasnya berat karena harus mengajar di kelas 9F yang merupakan kelas paling nakal di sekolah itu. Ia beberapa kali dikerjai oleh para siswanya. Namun karena tekad yang begitu besar, bu guru ini bertahan dan akhirnya berhasil membuktikan bahwa dia bisa memberikan perubahan kepada para siswanya. 

Pendekatan yang humanis dilakukan dengan sangat baik oleh Bu Naina(nama bu guru di film itu). Meski sering dikerjai ia tetap menjadi penolong saat siswanya hendak mendapat sanksi dari sekolah. Bahkan berani pasang badan. Sungguh menjadi inspirasi yang patut untuk diteladani.

Salah satu yang membuat saya cukup terkesima menyaksikannya yaitu ketika menceritakan kisah Bu Guru Naina saat masih bersekolah. Ia kerap kali mendapat cemoohan, perundungan, hingga tak mendapat akses pendidikan di sekolah formal pada umumnya. Bahkan hal ini tidak hanya dilakukan oleh rekan siswanya melainkan juga guru-gurunya karena dianggap mengganggu pembelajaran. Bahkan Bapaknya pun menginginkan ia bersekolah di tempat khusus.

Yang kedua adalah saat ia bersekolah St. Notker's. Saat itu semua berkumpul di aula sekolah untuk menyaksikan pemberian plakat kepada siswa terbaik di sekolah itu. Saat pelaksanaan acara tersebut Bu Guru Naina kecil tetap mengeluarkan cegukannya hingga terdengar ke seluruh ruangan. Tak terkecuali kepala sekolah. Saat kepala sekolah (Pak Khan) berbicara di panggung, ia memanggil yang bersuara cegukan itu naik keatas panggung. Percakapan keduanya terjadi diatas panggung. Kepsek menanyakan kepada Bu Guru Naina kecil "beritahu kami apa yang bisa kami lakukan kepadamu. Bagaimana kami bisa membantumu?" dan dijawab oleh Bu Guru Naina kecil "Pak, perlakukan aku seperti anak-anak yang lain. 

Jawaban dari kepala sekolah ini yang menurutku salah satu pesan yang ingin disampaikan film ini. Kepsek mengatakan "Ini sekolah, semua datang untuk belajar. Tapi kamu telah mengajarkan kami sesuatu, atas nama sekolah St. notker kami akan memperlakukanmu seperti anak-anak lain di sekolah ini.  Perkataan Kepsek ini disambut haru seisi aula. 
Poin yang saya tangkap adalah semua anak berhak mendapatkan hak yang sama dalam mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Tanpa harus membedakan. Terlebih bagi siswa yang berada di sekolah terpencil. Semua harus terpenuhi hak pendidikannya. 

Itu saja untuk filmnya. Bagi yang mau nonton film ini saya punya dilaptop. Meskipun film yang saya unduh ini bukan orisinil namun yang perlu saya sampaikan adalah isi dari film itu. Selanjutnya kembali memulai aktivitas. Cuaca cukup terang.

Kami masih berdua hingga akhirnya datang rekan kami yang bertugas di SD.  Saat perjalanan pulang kami sempat melihat kawanan monyet yang tengah bergelantung di pohon. Kucoba untuk merekam kesempatan ini namun ternyata tak berhasil terdokumentasi. Kami pun pulang bersama dan menyempatkan menjenguk rekan guru yang beberapa waktu yang lain mengalami kecelakaan. Semoga lekas sembuh. Amiin


Belalang, 28/07/2020

Muhammad Suaib Natsir
Muhammad Suaib Natsir Penyuka berat PSM Makassar, sehari-hari bertugas di SMPN 6 Satap Maiwa. Warga Enrekang

Post a Comment for "Catatan Kedelapan Sekolah"