Catatan Kesepuluh Sekolah
Yang ingin kuceritakan kali ini adalah ban motor. Sependek ingatanku, ini kali kedua kejadian. Ban motorku pecah di perjalanan. Kali ini ban depan yang jadi korban.
Saya memang paling khawatir dengan ban motor. Apalagi sejak kejadian pertama saya menjadi lebih rutin untuk mengganti angin pada ban setiap kali akan berangkat ke sekolah. Kali ini saya lupa menggantinya di rumah maupun di tempat langganan saya di Balla. Saat di Balla saya tidak sadar telah melalui tempat pres bannya. Hingga akhirnya kuputuskan di Baraka saja.
Di Baraka akhirnya kuganti angin ban motor sebelum melanjutkan perjalanan. Ban depan diisi terlebih dahulu. Sialnya saya terlalu menggampangkan sehingga angin tidak jadi diganti tapi hanya ditambahkan. Kecuali ban belakang, saya tak berani melakukan hal serupa. Anginnya selalu baru. Apalagi perjalanan yang cukup jauh dan beban motor yang cukup berat.
Beruntungnya adalah karena saya mengalami pecah ban tidak jauh dari bengkel. Yang berikut kami belum memasuki wilayah hutan sehingga tidak terlalu memberikan dampak yang besar. Bannya diganti dengan yang baru. Perjalanan kembali dilanjutkan.
Alhasil kami terlambat sampai di sekolah. Pembelajaran tetap berlangsung seperti biasa. Memasuki pekan ke empat. Itu berarti akan semakin dekat dengan ulangan harian yang pertama. Ini penting untuk tetap menjamin siswa tetap mendapat haknya.
Siang berlalu tak disangka hujan akan turun begitu derasnya. Tak banyak yang bisa kuceritakan pada momen hujan ini. Cuaca cukup dingin dan kami melewatkan malam ditemani hujan. Sungguh manis.
Bulo, 11 Agustus 2020
Post a Comment for "Catatan Kesepuluh Sekolah"