Catatan Kesembilan Puluh Sekolah
Mengawali aktivitas sebelum berangkat ke sekolah dengan mengantar adik menuju kebunnya. Sudah itu lalu singgah mengisi bahan bakar lalu berangkat. Jika biasanya saya berkendara melalui jalur Bontong, kali ini lewat Asaan-Kampung Baru. Dengan pertimbangan cuaca yang cukup bersahabat dan tidak hujan beberapa hari terakhir.
Saya berjalan sendiri. Ibu Riska dan Pak Sahril yang selalu berbarengan dengan saya berangkat telah berangkat duluan. Mungkin selisihnya tak lama tapi karena jalur yang berbeda sehingga kami tak sempat saling berkomunikasi. Juga karena jalur yang hendak saya lalui tak ada akses jaringan telekomunikasi apalagi internet.
Seingat saya, terakhir kali saya lewat jalur ini kurang lebih setahun yang lalu. Sudah sangat lama. Saat pandemi melanda baru sekali saya lewat jalur ini atau bahkan belum. Yang pasti saya hanya lewat jalur ini tahun 2020 selama satu kali.
Memasuki Asaan jalan masih sangat mulus. Namun saat memasuki lahan perkebunan warga, jalanan menyempit meski masih bagus. Baru setelah dapat jalan yang agak lebar jalan sudah mulai rusak. Dalam perjalanan akan dijumpai 2 jembatan untuk bisa mencapai Dusun Kampung Baru.
Jembatan pertama hanya bisa dilalui sepeda motor. Uniknya jembatan ini memiliki atap. Jembatan dari kayu yang saya yakin berasal dari swadaya masyarakat sekitar. sayangnya saya tak sempat mengambil gambar. Gambar yang bisa dilihat ini saya ambil sekira 1 tahun lebih yang lalu. Namun sedikit banyak gambar ini masih bisa menggambarkan kondisi saat ini.
Sekadar info, tidak jauh dari tempat ini ada sebuah gua yang sangat indah. Saya belum pernah masuk tapi jika melihat dokumentasi dari isi gua maka saya yakin semua bersepakat dengan saya. Sebagai tambahan, gua ini baru saja dikunjungi oleh tim sebagai langkah awal untuk dijadikan sebagai objek wisata. Ini saya dapat dari beberapa postingan dari Humas Enrekang di media sosial.
Lanjut perjalanan setelah melalui jembatan gantung jalanan semakin becek. Kondisi hutan yang masih cukup rapat dan rimbun membuat jalan agak lambat kering. Saya bahkan hampir jatuh sekali. Soal udara segar jangan ditanya, disini surganya.
Tidak lama kemudian saya sampai di Kampung Baru lalu melalui jalan tanpa jembatan dengan latar air terjun yang sudah saya posting sebelumnya. Saya mempercepat motor agar secepatnya sampai di sekolah.
Setiba di sekolah, saya melihat telah ada motor dari Pak Sahril, sebagai pertanda mereka telah tiba duluan. Kulihat di ponsel ada panggilan tidak terjawab dari Ibu Riska, Ibu Anni dan chat dari Pak Sahril menanyakan keberadaan saya. Tapi setelah melihat motor mereka, saya abaikan saja. Toh saya sudah sampai disini. Mereka juga begitu.
Lalu melaksanakan tugas. Kemudian tak lupa pula kembali ke kantor begitu usai lalu bercengkarama dengan sesama rekan-rekan. Ada pemandangan yang nampak dari kantor. Barang yang dipesan telah tiba. Ini adalah barang dari dana BOS Affirmasi. Patut disyukuri dengan bertambahnya fasilitas ini berarti dapat meningkatkan mutu sekolah yang akan berimbas pada peningkatan output dari sekolah.
Beberapa barang kami buka, istilah kerennya kami unboxing untuk melihatnya. Buku-buku pelajaran bertambah, perangkat tik juga dan beberapa sarana lain juga. Semua ini harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk semua warga sekolah.
Bulo, 22/03/2021
Post a Comment for "Catatan Kesembilan Puluh Sekolah"