Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Penampungan Air dan Panas Matahari (Catatan Keseratus Tiga Puluh Enam Sekolah)

 "Seseorang itu sukses kalau dia bangun  di pagi hari dan pergi tidur di malam hari dan diantara keduanya dia mengerjakan apa yang memang dia ingin kerjakan". (Bob Dylan)

 Rasanya Bob Dylan memang benar. Hidup mesti seperti itu. Bangun dan istirahat pada waktunya. Jangan lupa cari kebahagiaan diantara sela waktu tersebut. Mengerjakan itu bukan juga hal yang dikerjakan karena keterpaksaan. Tapi juga karena keikhlasan dan rasa cinta akan pekerjaan.

Hal yang sama juga kami lakukan hari ini. Rabu yang cerah dan panas tak jadi penghalang untuk beraktivitas. Begitu semuanya tiba, lalu melaksanakan tugas maka tibalah kerja yang berikutnya. Saya yang sejak tadi pagi tak lagi mengganti seragam karena mesti mengurus tanaman agar lebih bersih dari rerumputan liar. 

Tanaman terong dan juga bunga yang kami tanam kemarin sore saya siram kembali. Sayangnya saya lupa membawa pupuk sehingga pertumbuhan tanaman sedikit tersendat. Tapi itu tak jadi soal. Semua bisa berjalan dan bertumbuh natural. Tanah kita subur kok. Bukankah pernah diutarakan juga oleh Koesplus. "Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman". Hehehe. Meskipun itu cuma lagi juga. Akan tetapi memang tanah kita subur kok. Meskipun batu tak akan pernah jadi tanaman.

Lalu, setelahnya kami akan melakukan pengecoran untuk tempat penampungan air. Sebenarnya untuk landasannya saja karena penampungannya sudah siap tinggal dipasang saja. Juga telah tiba di sekolah. Makanya pengecoran dikebut supaya bisa segera dipasang. 

Siswa juga ikut membantu, terutama mengumpulkan batu untuk fondasi. Beberapa juga membantu mengangkut pasir dan mengaduknya sampai siap digunakan. Saya kebagian mengantar sampai ke tempat landasan dikerjakan. Pak Jamal bertindak sebagai kepala tukang. Beliau memang handal. 

Cuaca begitu panas dan tak ada tempat bernaung. Jadi kami cepat sekali loyo. Tapi karena harus diselesaikan maka semua tetap bekerja apa adanya. Hingga menjelang duhur, fondasinya telah selesai. Kami beristirahat sejenak. Lalu makan dan sesekali melelapkan diri. 


Ketika menjelang sore, kami melanjutkan pekerjaan. Kali ini sisa kami bertiga. Pak Kepsek dan Pak Sukri telah pulang ke rumahnya. Saya, Pak Kahfi, dan Pak Jamal menyelesaikan semua pekerjaan. Tak lama kemudian selesai juga. 

Campuran yang tersisa kami gunakan untuk memperbaiki jalan menuju ruang kelas yang sudah mulai rusak. Selepasnya kami berbincang saja. Malam tiba kami cuma bisa istirahat dengan cepat. Lelah seharian bekerja. 


Bulo, 13/10/2021
Muhammad Suaib Natsir
Muhammad Suaib Natsir Penyuka berat PSM Makassar, sehari-hari bertugas di SMPN 6 Satap Maiwa. Warga Enrekang

Post a Comment for "Penampungan Air dan Panas Matahari (Catatan Keseratus Tiga Puluh Enam Sekolah)"