Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

2 Buku Orange

Seperti biasanya, setiap ke Makassar saya rutin singgah di toko buku meski hanya sekedar cuci mata saja. Itu sudah lebih dari cukup bagi saya. Apalagi jika kantong sedang mengering. Beli pun seakan segan. 

Saat ke Makassar memang tak ada dalam rencana belanja/hidup untuk beli buku. Tak ada sama sekalijatah untuk itu. Sepandai-pandai saya saja untuk bisa mencungkil satu atau dua buku untuk jadi oleh-oleh ketika pulang nanti. Itu sudah menjadi niat yang telah saya bangun sejak menjadi mahasiswa. Meskipun sebagian besarnya tak terwujud. Akan tetapi, niat baik ini sedikit banyak mempengaruhi rasa ingin memiliki buku saya saat ini. 

Sering sekali ibu saya mengatakan bahwa tidak usah dulu beli buku. Masih banyak kebutuhan lain yang lebih penting. Saya seringkali juga mengIakan. Namun susah juga untuk menuruti. Keinginan yang cukup kuat dan telah tertanam itu sulit untuk dihindarkan. Satu buku tambahan sangat berarti bagi saya. Meski kuakui saya bukanlah pembaca yang tekun. Minat baca saya masih kalah jauh dari minat memiliki buku. Aneh kan??.

Tapi tidak masalah. Saya punya prinsip bahwa memiliki bahan bacaan itu juga sangat penting dan secara perlahan akan mendorong minat baca. Itu yang kutanamkan sehingga masih saja kuluangkan beli buku jika masih ada sisa uang. 

Bulan ini saya sekali ke Makassar. Kunjungan mendadak. Sangat mendadak bahkan. Saya di Makassar bahkan tak cukup sehari semalam. Berangkat kamis malam sudah kembali jumat malam. Sungguh singkat kunjungan ku kala itu. Tujuannya hanya legalisir transkrip nilai. Hanya 2 lembar. Untuk kelengkapan pemberkasan. Asli kepepet. Tidak ada waktu yang banyak. Jumat pagi saya sudah langsung ke Kampus sesuai arahan Ketua Jurusanku semasih kuliah. Beliau bersedia membantu. Sungguh baik beliau. Begitulah beliau sangat baik dari dulu bahkan sejak menjadi mahasiswa di Kampus Orange itu. Berkat bantuan beliau semuanya selesai sebelum salat jumat. Saya sangat berterima kasih.

Seusai salat jumat saya segera pulang. Ketika perjalanan pulang saya pun memberanikan diri singgah di toko buku. Kebetulan toko buku itu saya lewati ketika perjalanan pulang di tempat saya menginap di Makassar. Tempatnya pernah kukunjungi sebelumnya. Sekitar 3 kali kalau tidak salah. Semenjak berpindah dari tempat sebelumnya. Proses pilah pilih buku pun dimulai. Saya hanya sendiri sebagai pengunjung kala itu. Jadi saya begitu leluasa memilih buku. Koleksinya lumayan banyak. Buku-buku baru pun sangat beragam. Mulai dari penulis lokal Sulawesi Selatan hingga penulis tingkat nasional bahkan buku buku impor ada semua. 

Pilihan pertama langsung mengarah pada buku orange. Buku yang membuat penasaran. Judulnya sangat unik. Ingin sekali membacanya. Buku ini sudah beredar beberapa bulan terakhir namun cukup laris jika dibanding buku-buku lainnya. Dibukukan dari tulisan-tulisan di blog yang dibaca oleh banyak pembaca. Buku kedua masih berwarna orange juga. Ahh mentang mentang saya almamater orange. Jadi pilih yang orange juga. Tidak. Ini hanya kebetulan saja. Kali ini temanya tentang sepak bola. Saya cukup senang dengan literasi bola. Apalagi yang membahas tentnag klub kebanggaan saya, PSM Makassar. Namun buku itu tidak membahas tentang PSM tapi mengulas tentang peran media terhadap pembentukan budaya di sepakbola. Termasuk didalamnya tentang bagaimana suporter mencintai klub kebanggaanya serta perjalanan mengunjungi tempat pemujaan terhadap sepakbola di Eropa (red:stadion).  Mulai dari Manchester, Liverpool, London, Milan, Turin, Madrid, hingga Barcelona. 

Sebenarnya ada yang menarik bagi saya dibanding pilihan kedua. Ada buku yang telah lama saya ingin baca. Penulisnya masih dari Sulawesi Selatan yang kualitasnya telah diakui di Indonesia. Judul bukunya agak mirip dengan motto yang saya tulis di halaman motto dan persembahan pada skripsi saya ketika menyelesaikan pendidikan S1. Setelah memeriksa dan membandingkan semuanya termasuk lagi-lagi soal harga, pilihan jatuh ke buku orange kedua tadi. 

Saya pun memberanikan membeli dua buku orange tanpa sepengetahuan ibu saya. Dengan pembelaaan kalaupun sudah sampai di rumah nantinya buku itu telah ada. Tak ada gunanya lagi marah atau menegur lebih lama. 

Sepulang dari toko buku itu saya segera ke tempat menginap untuk siap pulang kembali ke kampung. Oleh-olehnya adalah 2 buku orange. Kini kedua buku ini sudah masuk ketahap membaca. Saya mulai dari yang orange kedua tentang sepakbola itu. Sebenarnya sudah hampir tuntas tapi masih ada satu bab yang belum selesai. Kini saya pindah ke buku unik tadi. Dari sekitar 30 halaman yang telah kubaca memang bukunya unik. Sangat mengena. Motivasi saya untuk menyelesaikan buku ini masih cukup tinggi. Awal yang baik di Januari tahun ini. Berkat 2 buku orange. 

Rumah, 22 Januari 2019


Muhammad Suaib Natsir
Muhammad Suaib Natsir Penyuka berat PSM Makassar, sehari-hari bertugas di SMPN 6 Satap Maiwa. Warga Enrekang

Post a Comment for "2 Buku Orange"