Perihal Koko
Sudah mulai nangkring di media sosial sekira 3-4 hari terakhir ini. Tetapi mungkin kemarinlah yang paling viral seviral-viralnya. Setiap kali buka media sosial, tak WA, Facebook, atau pun Instagram koko' selalu ada. Hampir semuanya. Betapa bahagianya. Ada yang berupa video tutorial tata cara mencabutnya. Ada juga tentang bagaimana cara bergembira ketika mendapat koko'. Atau hanya sekadar memamerkan kemolekannya memasak dan tentu penyajiannya. Ala-ala OK Foof di Net TV atau Detektif Rasa dengan slogannya bukan sekedar icip-icip. Ada pula yang hanya sekedar memajang hasil jempretannya baik itu ketika masih tertanam maupun ketika sudah terkumpul. Tak ayak ketika di kolom komentar sering memunculkan lomba. Lomba adu banyak. Ini juga seru sekali.
Koko' hanya hadir musiman saja. Baru bisa didapatkan jika kamu mau berani keluar rumah. Koko' ibarat Pilkada sama-sama musiman bedanya koko' hampir hadir setiap tahun ada dan pilkada setiap 5 tahun. Selain itu sama sama disambut dengan hangat. Juga sama-sama mengenyangkan. Koko' mengenyangkan juga bergizi(kayaknya). Apalagi kalau disuguhkan dalam model sambala koko'. Semua tentu ngiler. Adakah....? Begitu pun dengan pilkada. Meski hadir setiap 5 tahun sekali namun tetap disambut dengan baik. Di berbagai ruang, waktu, dan tempat selalu hadir untuk dibahas. Kalangan elit sudah barang tentu. Tapi untuk kalangan akar rumput lebih hebat lagi. Untuk tataran media sosial bahkan sampai dibuatkan grup khusus untuk membincang sampai tuntas. Tentunya sampai kenyang. Entah kenyang karena kualitas perbincangan atau kenyang karena hoaks. Hoaks kini menghiasi perjalanan pesta demokrasi yang rutin hadir di media.
Kembali ke koko' karena ituji kutau tentang pilkada. Tak sengaja kemarin ketika sedang dalam perjalanan menuju kebun saya bertemu dengan kerabat tentunya membincang koko' dan karena musim hujan jalanan yang masih beralaskan tanah. Jalanan di kampungku sudah muali bagus. Tinggal sedikit saja yang masih alami. Kami sama sama memarkir kendaraan di tempat teduh. Disitulah biasa kami memarkir kendaraan ketika musim hujan. Karena setelahnya jalanan licin kalau dipaksakan motor akan putar balik seolah mengajak untuk pulang(karena saking licinnya mi jadi semakin di gas seakan ban belakang mau mendahului ban depan). Kembali ke koko' dia katanya sudah mencari koko' sejak dari rumahnya namun belum juga dapat. Bahkan tempat yang sering didapatkannya pada tahun sebelumnya belum ada. Tapi mungkin belum saatnya dia memasak koko' dengan sayur kol.
Cerita lain adalah ketika sore hari menjelang pulang tepatnya di toke'(sebrlah utara dari Buntu Barrang). Dia pulang dari kebunnya dan singgah di toke'. Tentu bahasan utama adalah koko'. Dia bilang kalau musim ini adalah musim koko' pasti setelah berakhir musim koko' adalah pilkada dan yakin saja setelah pilkada akan ada musim menikah. Dan yang lebih meyakinkan pasti akan viral juga.
Kami pun tertawa dan pulang karena hari sudah sore.
Toke',6/1/2019
Post a Comment for "Perihal Koko"