Catatan Ketiga Puluh Sekolah
![]() |
Motor Shogun yang saya pakai ke sekolah |
Tanpa terasa telah tiga puluh kali saya membuat catatan ini. Semua berawal dari Corona yang membuat semuanya serba terbatas. Sekolah yang beralih dari klasikal menjadi kembali ke rumah masing-masing. Semua berpikir keras mencari formula yang tetap agar tetap berjalan. Selain itu perlu adaptasi yang tak kalah pentingnya. Semua ini berawal dari Corona. Saya kemudian terinspirasi dari semua ini dengan mencoba membuat catatan-catatan yang saya lakukan selama berada di sekolah di masa pandemi. Sebenarnya jadwal akademik telah berlangsung dari bulan Juli yang lalu. Sehingga kini sudah kurang lebih ada dua bulan pembelajaran telah berlangsung.
Kenapa baru mencapai tiga puluh sedangkan telah berlangsung dalam dua bulan lebih?. Saya menjawabnya bahwa pada masa pandemi ini kami dibagi kedalam jadwal piket dan masing-masing yang diberikan tugas piket bertanggungjawab untuk memberikan pembelajaran kepada siswa. Sehingga kami diberikan waktu selama dua hari berturut-turut untuk piket. Dengan catatan bahwa dalam hari itu kami juga bertanggungjawab kepada proses pembelajaran sesuai dengan mata pelajaran yang diampuh.
Sehingga kini terkumpul lah tiga puluh catatan selama pelaksanaan pembelajaran untuk tahun pelajaran 2020/2021. Tentu saya tak dapat menggambarkan secara rinci. Saya cuma menggambarkan apa yang saya ingat pada saat itu karena semua ini saya tulis setelah saya pulang dari sekolah dan tiba kembali di rumah. Tulisan ini juga tak melulu soal kejadian di sekolah, bisa saja jika saya sedang dalam perjalanan atau setelah proses pembelajaran atau apapun selama saya berada di lingkungan sekolah. Selain itu, sebagai makhluk pelupa saya juga tentu menjadikan ini sebagai salah satu alasan dibalik semuanya. Jadi cukuplah momen-momen yang unik dan yang bisa saya pertanggungjawabkan lah yang bisa saya ungkit disini. Saya kira kita semua paham akan hal ini.
Untuk momen yang saya akan tuliskan pada catatan ke tiga puluh ini adalah ketika tiba di motor yang saya kendarai tak kuat lagi menanjak. Awalnya saya kira motor ini tidak kuat karena oli-nya yang sudah tua. Kemudian sebelum saya berangkat oli motor diganti. Akan tetapi saat berangkat dan tiba di lokasi yang sama saat saya menurunkan boncengan saya minggu lalu kejadiannya persis. motor tak kuat mendaki hingga saya harus menurunkan boncengan saya. Ini sudah kedua kalinya sehingga menuduh soal oli adalah tuduhan yang keliru.
Setelah saya periksa sambil menunggu sang boncengan mendaki sedikit sambil berjalan, tuduhan saya beralih ke gir motor yang semakin tajam. Setelah mengamati dengan seksama saya kemudian meyakini bahwa tuduhan ini layak dialamatkan kepada gir. Memang sudah tajam-tajam dan jika merunut pada usia gir ini, memang sudah cukup lama saya tak menggantinya. Apalagi kondisi jalan yang dilalui setiap minggunya bukanlah jalanan biasa. Saya kemudian berpendapat bahwa sudah saatnya diganti sepulang sekolah nantinya.
Motor ini memang kini sudah seharusnya dipensiunkan. Motor jenis Suzuki Shogun SP keluaran 2007. Berwarna biru dan hitam meski kini lebih cenderung hitam karena sayap motor sudah saya lepas setelah mendapat kenang-kenangan berupa luka dibagian lutut. Sayap kanan patah. Motor ini dibeli bapakku tahun 2010. Saya ingat ketika itu, motor ini dibeli saat bulan puasa dan om saya sedang dirawat di Rumah Sakit Umum Massenrempulu. Saat itu saya masih siswa baru di SMA. Dengan motor inilah saya belajar mengendarai motor hingga bisa sampai sekarang. Tentu motor ini punya kesan. Sehingga kelak jika saya punya rezeki untuk mengganti dengan yang baru saya tak akan memarkir apalagi menjual motor ini. Saya punya rencana untuk memperbaiki kembali dan kalau perlu mengembalikan motor seperti saat masih lengkap dulu. Terlalu berkesan jika motor ini ditinggalkan. Bukankah semua perlu arsip untuk mengenang dan bukti bahwa sebuah peristiwa pernah terjadi....
Senin. 28 September 2020
Kelas om
ReplyDeleteTerima kasih anak ure
Delete