Air Terjun Hujan


Begitulah adanya. Air terjun yang ada pada gambar dalam postingan ini merupakan air terjun yang hanya dialiri air saat hujan turun. Saat hujan tak turun sekitar 2 atau 3 hari maka aliran airnya akan berkurang drastis atau bahkan habis. Hanya mengandalkan air hujan untuk bisa menjadi air terjun. 
Semalam saat saya bersama Jamil, Asdik, dan adikku Iqbal berangkat ke kebun milik Jamil. Letaknya di Panglu, Kel. Mataran, Kec. Anggeraja, Enrekang. Sekira 10 menit bermotor dari rumah. Sebenarnya kami merencanakannya kemarin saat menjelang jumat. Setelah salat isya kami berangkat. Dalam perjalanan tetiba saja hujan turun meski dengan intensitas rendah. Jalan secara otomatis menjadi licin. Apalagi belum sepenuhnya dalam kondisi bagus.

Beberapa kali kami harus mendorong motor saat menjelang sampai di lokasi tujuan. Bahkan masing-masing boncengan harus turun dan jalan kaki pada sekitar 200 meter menjelang tiba di lokasi. Dengan kontur jalan yang menanjak ditambah jalanan rusak dan hujan gerimis kaki tak mampu membonceng sampai di lokasi.

Setiba di lokasi kabut perlahan mulai menutupi areal perkebunan. Sunyi mulai menghilang seiring dengan hujan yang mulai turun. Lama kelamaan hujan semakin deras. Belum lagi angin yang bertiup lumayan kencang. Kami yang sedaritadi tengah mencicipi kopi arabika harus berpindah tempat dan masuk kr dalam rumah. Untungnya karena lampu sudah menyala. Listrik memang sudah hampir setahun ini masuk ke wilayah perkebunan. Hal ini dimanfaatkan oleh petani untuk memasang banyak lampu sebagai perangkap hama yang masuk ke kebun warga. 

Hujan semakin deras, cuaca semakin dingin. Selimut harus dikenakan dan kopi semakin sering diseruput untuk tetap menghangatkan. Suara anak sungai Mata Allo yang kami kenal dengan Salu Pandokko kini mulai terdengar. Nampaknya air mulai meluap. Itu berarti di bagian hulu sungai hujan turun lebih deras lagi. Aliran sungai begitu derasnya ditandai dengan jarak kami dari sungai sekitar 200 meter. 

Hujan berhenti sebentar lalu turun lagi dengan intensitas yang tak jauh beda. Karna waktu sudah larut, kami putuskan untuk tidur saja. Rencananya besok kami akan mengecek pipa air milik Jamil yang sudah pasti sebagian pipanya hanyut karena persis berada pada aliran sungai itu. Kami pun tertidur pulas. Saya ingat sebelum tertidur ada beberapa hal yang saya kerja dengan mengandalkan akses internet yang tak terlalu bagus disini. 

Pagi hari hujan turun lagi dan semakin deras. Belum lagi kabut yang menutupi hampir semua wilayah. Kami terpaksa melanjutkan untuk bermalas-maladan dikasur. Apalagi cuaca masih cukup dingin. Cukup lama kami mengurusnya. 

Setelah dirasa hujan cukup reda kami berangkat ke lokasi air terjun sekaligus berencana memperbaiki pipa milik jami yang beberapa diantaranya lepas dan hanyut dibawa aliran sungai. Seperti yang saya katakan diawal bahwa air cukup meluap sehingga beberapa batu disungai membentuk air terjun yang tingginya berkisar 3 hingga 5 meter namun ada beberapa tingkat. 

Kali ini begitu deras. Jika hujan berhenti beberapa hari kedepan, airnya juga akan berkurang bahkan habis mengalir. Air terjun ini hanya akan nampak saat hujan turun, selebihnya akan mengering dan menjadi pemandangan dengan hutan yang masih cukup bagus meski tinggal sedikit.

Muhammad Suaib Natsir
Muhammad Suaib Natsir Penyuka berat PSM Makassar, sehari-hari bertugas di SMPN 6 Satap Maiwa. Warga Enrekang

Post a Comment for "Air Terjun Hujan"