Catatan Keempat Puluh Sekolah
Saya melaksanakan penilaian harian untuk semua kelas pada hari ini. Meski ditengah pandemi semua harus berjalan. Oleh karena itu tetap berjuang dalam menjalankan tugas. Niat tulus iklas selalu menyertai.
Sehabis mengerjakan tugas dilanjutkan dengan cerita-cerita bersama rekan-rekan seperjuangan. Cerita canda tawa dan berbagi suka duka mewarnai cerita selepas bekerja. Siang itu kami membuat gorengan dan sarabba, minuman khas Sulawesi Selatan. Terbuat dari gula merah dan jahe sehingga minuman ini akan menghangatkan.
Proses ini sempat direkam oleh rekan guru Ibu Riska. Selanjutnya akan saya simpan untuk dijadikan kenang-kenangan nantinya. Seusai berjibaku dengan dapur kami lanjutkan dengan nonton bareng film "The Bravest". Sebuah film dari Tiongkok yang membincang tentang suka duka pemadam kebakaran.
Ternyata katup yang menjadi penyambung antarkilang masih terhubung. Sehingga untuk bisa mengendalikan kebakaran ini semua katup harus ditutup. Mesin generator yang diterjunkan tak dapat berbuat banyak karena besarnya api. Sehingga harus ditutup dengan manual yang tak pernah dilakukan sebelumnya. Pusat informasi mengatakan bahwa misi ini sama halnya dengan misi bunuh diri.
Ledakan demi ledakan terus terjadi. Tumpahan minyak bahkan telah menyebar ke laut. Sehingga jika hal ini tak bisa ditanggulangi maka diprediksi akan terjadi ledakan yang sangat dahsyat. Diprediksi besarnya ledakan ini setara dengan 20 kali ledakan bom atom. Sedangkan bom atom sendiri bisa menghancurkan Kota Nagasaki dan Hirosima. Bayangkan jika itu 20 kali lebih besar. Akan ada jutaan warga kota yang akan menjadi korban.
Puncaknya ketika terjadi kebakaran hebat di kilang minyak di salah satu kota. Kebakaran ini mengakibatkan banyak orang yang jadi korban. Bahkan terjadi kepanikan massal di kota itu. Jalanan dipenuhi kendaraan yang hendak mengungsi, pelabuhan menjadi penuh, bandara dan stasiun kereta pun begitu.
Satu-satunya cara mengendalikannya adalah menutup katup itu. Salah satu pimpinan skuadrom pemadam kebakaran itulah yang langsung mengambilalih misi berat ini. Sehingga ia pada akhirnya menjadi korban sebelum api bisa dipadamkan.
Pelajaran yang bisa diperoleh menurut saya adalah semangat korps dari para petugas pemadam kebakaran ini yang luar biasa. Mereka berjuang bertaruh nyawa demi kepentingan khalayak. Hal ini bisa disaksikan pada sesi mempertahankan kilang yang berisi bahan kimia yang mematikan dari api. Begitu jelas semangat korps dari para petugas kemerdekaan ini.
Yang berikut adalah menjalankan profesi harus dijalankan sepenuhnya. Tak ada nilai tawar untuk soal pekerjaan. Harus dijalankan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi. Selanjutnya yaitu pentingnya koordinasi dan komunikasi dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab. Disini begitu jelas peran dari masing-masing petugas. Sebetulnya ada begitu banyak pesan dari film ini. Namun kucukupkan sampai disini saja. Mungkin esok akan kulanjutkan atau kapan-kapan tanpa harus terbebani apapun. Terakhir saya ingin ucapkan Selamat setahun pemerintahan Jokowi-KH. Ma'ruf Amin. Negara yang kalian pimpin harus baik.
Selasa, 20 Oktober 2020
Post a Comment for "Catatan Keempat Puluh Sekolah"