Catatan Ketiga Puluh Sembilan Sekolah
Saya mencari alat pemotong kuku namun tak dapat. Saya kemudian memutuskan berangkat saja ke sekolah. Rencananya saya akan berboncengan dengan Ibu Anni. Setelah tiba di Kaju Colo, tempat saya menjemput Ibu Anni tetiba ada pesan dari Ibu Riska lalu tak lama setelahnya ia menelpon. Menanyakan akan berangkat ke sekolah atau tidak. Saya bilang saya akan berangkat dan sedang menunggu setelah telepon ditutup masuklah pesan Ibu Anni bhwa ia berangkat bersama keluarganya. Saya pun berangkat sendiri saja. Perjalanan cukup mulus meski sesekali licin setelah Enrekang habis diguyur hujan besar. Semenjak jalanan ke Bulo sudah diperbaiki, perjalanan menjadi semakin lebih cepat.
Sore hari setelah memasak 2 panci air saya masuk ke kantor. Memasang proyektor dengan maksud ingin nonton film dengan suasana yang beda namun karena cahaya yang begitu terang sehingga rencana tak berhasil. Film yang kunonton adalah "The Doorman". Film ini berdurasi 1 jam 37 menit. Berkisah tentang seorang tentara yang beralih menjadi penjaga pintu di sebuah apartemen mahal yang tengah direnovasi.
Film keluaran 2020 ini menjadi lebih seru ketika ternyata sang tentara mendapati keluarganya tinggal disana. Mereka baru akan terbang pada beberapa hari kedepan. Ayahnya yang begitu sibuk membuat anak lelakinya secara sembunyi mengonsumsi barang terlarang. Namun ia punya kelebihan yaitu mengetahui banyak lorong tersembunyi di apartemen itu.
Dalam film itu dikisahkan hadirlah seorang pemburu lukisan berharga dengan membawa rombongannya. Mulanya ia bertemu dengan rekannya yang membawa lukisan tersebut. Ia tak mau memberi tahu namun karena terdesak ia akhirnya mau juga. Lokasi lukisan itu ternyata berada di kamar 10C tepat di kamar dari saudara tentara itu.
Teman kolektor lukisan itu pun akhirnya diberindong timah panas oleh para anggota dari kolektor. Mereka beralih ke kamar 10C itu. Tembok beberapa kali dibobol dan namun tak juga didapatkan olehnya. Hingga akhirnya ia menemukan sebuah tempat rahasia di belakang ribuan buku yang tertata rapi di rak buku sehingga menyerupai perpustakaan. Di belakang rak itulah tempat lukisan itu berada. Tepatnya berada dalam sebuah brankas yang sangat kokoh. Si tentara ini yang tinggal sendiri berupaya keras untuk menggagalkan semuanya dan pada akhirnya berhasil menuntaskan semua penjahat itu. Film berakhir meski dengan penjelasan yang apa adanya.
Tak lama setelahnya saya pun tertidur pulas. Kebiasaan lama setelah menjalankan tugas. Tak lama setelahnya hujan semakin deras. Saya baru terbangun ketika kumandang azan magrib telah menggema di Bulo. Yang mengherankan saya Pak Sukri belum juga tiba.
Setidaknya ada dua kemungkinan yang terjadi menurut saya. Yang pertama karena hujan turun ia urung untuk berangkat. Sehingga barulah keesokan harinya ia berangkat. Kemungkinan yang kedua ialah ia berangkat via jalur Tallang. Jalur ini harus memutar dari Desa Matajang, tempatnya tinggal menuju ke perbatasan Bungin dan Maiwa melalui Baringin, Batarang hingga masuk ke Dante Amba dan sampai di Bungin lalu mendaki kembali ke Bulo. Sehingga jika melalui jalur ini bisa diperkirakan ia akan tiba malam jika berangkat sore.
Lama waktu berjalan kini sudah menjelang pukul 21:00 wita saya sudah merasa ia tak datang hari itu. Malam ini saya akan sendiri lagi. Tak ada yang menemani bermalam di sekolah. Namun tak lama kemudian ia tiba dengan dibonceng oleh seorang warga tentu dengan pakaian serba basah. Ia menceritakan semuanya namun tak perlu kuceritakan disini. Tak lama setelahnya kami pun tertidur pulas.
Senin, 19 Oktober 2020
Post a Comment for "Catatan Ketiga Puluh Sembilan Sekolah"