Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Catatan Kelima Puluh Dua Sekolah

Hari Rabu memang sering jadi hari bahagia. Sekolah menjadi ramai karena banyak rekan-rekan guru yang datang untuk piket. Tentu jadi wadah silaturahmi. Seringkali bercanda juga sebagai pelepas lelah sehabis melaksanakan tugas.
Rencananya kami akan mengantar Pak Sukri untuk menyeberangi sungai. Dia akan melalui jalan dari Bulo lalu tembus ke Baraka dan masuk ke Matakali. Terdekat jika dibanding dengan jalur yang ada termasuk jalur Tanete, Batarang, atau lewat Duri. 

Sehabis melaksanakan tugas kami mengganti pakaian. Biasanya pakaian yang dipakai adalah pakaian kotor karena akan basah-basahan. Kami berangka berempat. Saya, Pak Sukri, Pak Sahril dan Pak Syamsul yang datang malam tadi. Sementara itu para ibu-ibu menunggu di sekola untuk pulang bersama. Di sekolah ada Ibu Riska, Ibu Saenab, dan Ibu Ammi. 

Di perjalanan kami bertemu dengan warga. Katanya kalau mau menyeberang sudah tak perlu lewat rakit lagi karena para pekerja jembatan telah membuat sebuah jembatan sementara dari tumpukan batang pohon yang ditimbun dengan tanah. Saat ini jembatan yang permanen tengah dalam pengerjaan. Mungkin beberapa waktu kedepan sudah bisa difungsikan.

Jembatan ini sebenarnya sangat membantu warga Kec. Bungin jika ada keperluan di ibukota kabupaten. Jarak tempuh bisa dipangkas jika melalui jalur ini. Begitupun dengan waktunya. Tak perlu lagi memutar ke Baraka lalu Cakke baru tiba ke Enrekang. Sehingga keberadaan jembatan ini juga sangat dinantikan. 

.......
Setiba di sungai, ternyata betul jembatan sementara telah jadi dan sangat mudah diakses. Kami pun sempat berbincang sebentar karena saya mengajak rekan-rekan yang lain untuk mengantar hingga ke Dusun Baraka. Pak Syahril sebenarnya menolak dengan berbagai alasan namun akhirnya setuju juga setelah dibujuk.

Kami berencana mengantar hingga tiba di SDK Baraka. Kami berangkat setelah semua setuju. Perjalanan hanya memakan sedikit waktu untuk sampai di SDK Baraka. Cukup dekat ternyata. Jalanan yang masih berupa hutan alami dan beberapa kebun warga. 

Disana kami sempat berbincang dengan seorang pekerja yang tengah mengerjakan sesuatu di sekolah itu. Pak Sukri cukup akrab karena sesama warga Desa Matajang. Setiba disana kami mengabadikan beberapa foto untuk kenang-kenangan. 

Tak lama setelahnya kami pulang ke Bulo karena sudah terlalu lama. Ibu-ibu di sekolah boleh jadi sudah jenuh menunggu. Ternyata betul, Ibu Ammi dan Ibu Saenab pulang duluan. Saya berpapasan di samping kantor desa. Menyisakan Ibu Riska sendiri. Setiba di Sekolah segera berkemas dan segera pulang. Pak Syamsul masih tinggal karena ia masih harus piket esok hari. Begitulah keseharian kami. 

Rabu, 18/11/2020
Muhammad Suaib Natsir
Muhammad Suaib Natsir Penyuka berat PSM Makassar, sehari-hari bertugas di SMPN 6 Satap Maiwa. Warga Enrekang

Post a Comment for "Catatan Kelima Puluh Dua Sekolah"