Catatan Kedelapan Puluh Satu Sekolah
Setiap pagi sebelum pembelajaran dimulai saya pergi ke kebun melihat tanaman kacang panjang. Kini mulai tumbuh dan mulai menjalar pada tiang yang telah saya tancapkan disebelahnya. Sembari menunggu jam kerja mulai.
Hari Rabu saya sudah tak punya kelas karena sudah selesai pada hari Senin dan Selasa. Di sekolah beberapa anjing mulai berdatangan mencari anjing betina yang selalu ada di sekolah. Kian hari kian banyak. Nampaknya bulan ini memasuki masa kawin anjing.
Saya menuntaskan membaca buku Rumah Kopi Singa Tertawa. Akhirnya selesai juga setelah beberapa kali tertunda. Buku ini menjadi buku kesekian yang tuntas kubaca di sekolah terutama pada masa pandemi ini. Selanjutnya mungkin saya akan menuntaskan Atomic Habit dari James Clear. Buku yang cukup mengesankan waktu membaca halaman awal. Namun belum tuntas kubaca. Lalu boleh jadi juga buku dari Faisal Oddang saat ia berada di Iowa, Raymond Carver Terkubur Mi Instan di Iowa.
Masih ada 2 buku yang sudah kubeli yang masih mengantri atau 3 bahkan. Yang pertama ada kumpulan cerpen kompas tahun 2005-2006 yang berjudul Ripin. Ada juga Merdeka Sejak Hati karya A. Fuadi. Sekilas saya baca sinopsisnya novel ini merupakan novel biografi dari pahlawan nasional yang juga pendiri salah satu organisasi kemahasiswaan besar yang ada di negeri ini yaitu Himpunan Mahasiswa Islam. Organ ekstra ini begitu keren dan begitu banyak melahirkan sososk yang berperan besar bagi negeri ini, meski tak sedikit juga yang tersandung. Saya beberapa kali hampir ikut perkaderan untuk menjadi anggota organisasi ini saat kuliah dulu namun gagal hingga saya tunai di kampus. Begitu banyak kawan saya yang eksis disini.
Sembari membaca buku yang berkaitan dengan tupoksi, rasanya perlu untuk tetap membaca buku sastra. Bukankan sudah begitu banyak quote dari para bijak. Silakan dipilih saja.
Rabu, 26/02/2021
Post a Comment for "Catatan Kedelapan Puluh Satu Sekolah"