Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Catatan Keseratus Tiga Belas Sekolah

Hujan turun begitu deras semenjak kedatangan kami kemarin. Sepanjang hari turun dan kabut juga begitu pekat. Sore hari dinginnya begitu terasa bahkan hingga malam. Pastinya harus ekstra selimut kali ini

Pagi sekali masih menonton berita melalui tv. Masih seputar Euro 2020 dan yang tak pernah alpa ialah Corona dengan beragam kebijakan pemerintah. Termasuk juga mengenai kebijakan pemerintah soal pendidikan. Apakah bisa melaksanakan pembelajaran tatap muka atau belum.

Istilah yang dikeluarkan pemerintah saat ini adalah PPKM Darurat, beda sehuruf saja dengan mata pelajaran yang saya ampuh. PPKM Darurat merupakan singkatan dari Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Darurat. Hal ini diberlakukan semenjak Covid-19 kembali meninggi terutama di kawasan Jawa dan Bali. 

Pemberlakuan PPKM darurat ini tentu berdampak pada beragam sektor. Tak terkecuali pada sektor pendidikan. Rencana PTM terbatas yang sempat dicanangkan oleh Mendikbudristek nampaknya akan kembali ditunda. Dilematis memang, sektor akar rumput sudah terlalu resah dengan kebijakan belajar daring. Namun kebijakan yang diambil pun seolah belum mengarah kesana. 

Sudah setahun lebih pembelajaran berlangsung lewat PJJ. Baik itu via daring maupun luring atau bahkan campuran dari keduanya. Namun yang terpenting adalah bagaimana tetap menjamin bahwa penyelenggaraan pendidikan tetap berjalan. Semua harus belajar, tanpa terkecuali. 

Kembali ke sekolah, beberapa siswa baru yg belum hadir kini sudah hadir lagi. Total siswa kami ada 16 dan yang hadir ada 15. Masih ada satu orang yang belum sempat hadir. Entah apa persoalannya. Saya kembali masuk ke kelas bermaksud melengkapi berkas yang masih tersisa. 
Disela-sela melengkapi berkas, Pak Syamsul hadir mengisi materi di kelas. Termasuk menyoal tata tertib di sekolah. Semua dijelaskan dan didengarkan dengan baik oleh siswa. Semoga bisa diamalkan. Lalu Ibu Nanni bergantian masuk. Setelahnya kami pulangkan.

Tak lama setelahnya hujan turun lagi, bahkan lebih deras. Baru berhenti menjelang Asar. Saat sementara gerimis, saya bersama Pak Jamal akan memindahkan sebuah tanaman yang letaknya berada di depan sekolah ke taman sekolah. Semenjak pohon yang besar ditebang, kami memang berencana menggantinya dengan tanaman yang baru. Karena tanaman itu sudah mulai merusak bangunan sekolah melalui akarnya yang kian membesar. 

Tak butuh waktu lama kami berhasil memindahkannya. Saya tidak tahu nama pohon itu. Tapi rasanya ini akan menjadi rindang kelak. Pengerjaan taman supaya menjadi indah menjadi fokus saya bersama Pak Jamal kali ini. Semuanya telah dimulai. Saya sepakat bahwa apa yang dimulai harus diselesaikan dengan sebaik-baiknya.

Setelahnya Pak Sahril, Ibu Riska, dan Ibu Muharni pulang. Ibu Muharni pulang dibonceng sepupu saya yang kebetulan datang kemarin. Saya hendak bermalam lagi hingga Jumat mungkin. Tak lama setelahnya Ibu Hikmah datang bersama dengan suaminya. Malam hari kami bakar jagung yang dibawa oleh mereka. Hidup ini begitu sederhana tapi kami bahagia.
Bulo, 13/07/2021
Muhammad Suaib Natsir
Muhammad Suaib Natsir Penyuka berat PSM Makassar, sehari-hari bertugas di SMPN 6 Satap Maiwa. Warga Enrekang

Post a Comment for "Catatan Keseratus Tiga Belas Sekolah"