Kehujanan dan PSM Makassar (Catatan Keseratus Dua Puluh Tujuh Sekolah)
Kali ini judulnya beda. Mungkin seterusnya juga akan begitu. Atau kita lihat saja kedepannya. Saya tak bisa memastikan juga. Sebab ini semua mengalir apa adanya, yang pasti adalah saya berusaha semaksimal mungkin untuk bisa mengisahkan kembali apa yang saya alami selama di sekolah. Baik itu ketika akan berangkat, saat di sekolah, pulang sekolah atau bahkan kejadian unik dan tak terduga lainnya. Saya merasa bebas menuliskan apa saja yang saya alami dengan tetap berpedoman bahwa tulisan ini dibuat untuk dikenang dikemudian hari. Kalau-kalau ada gunanya itu hanyalah sebuah kebetulan dan tak terkira sebelumnya.
Setelah 126 catatan sekolah sebelumnya selalu tertulis sebagai judul, kini pada catatan ke-127 saya tambahkan judul diluar catatan. Saya kemudian berpikir untuk menambahkan saja. Rasanya memang seperti inilah kondisi yang akan saya cerita pada kesempatan ini. Berkisah tentang hujan yang mewarnai perjalanan saya selama catatan ini ditulis. Saya pun tak menyangka saya bisa menuliskan kejadian yang saya alami ini sebanyak 127 kali. Perkiraan saya mencapai 50 saja itu sudah luar biasa. Akan tetapi ini berlanjut hingga kini. Meskipun sering sangat terlambat. Mengutip sedikit tulisan dari James Clear dalam buku Atomic Habits yang kurang lebih mengatakan dengan "perubahan kecil secara berkelanjutan maka akan menciptakan perubahan yang begitu besar". Semoga ini tetap berlanjut menjadi kebiasaan.
Terkait masalah hujan, memang akhir-akhir ini memang kerap turun. Entah karena memang musimnya atau karena sebab lain. Fenomena cuaca memang seringkali sulit diprediksi. Hal ini memang diakui oleh lembaga terkait yang mengurusi soal cuaca ini. Pada banyak artikel yang bisa kita akses melalui gawai masing-masing sering diungkap. Salah satu penyebabnya adalah perubahan iklim. Juga barangkali terkait dengan makin maraknya perusakan lingkungan.
Lalu terkait dengan hujan juga, makanya saya berangkat lebih awal ke sekolah. Sudah beberapa pekan saya memilih berangkat sehari sebelum hari pertama kerja. Selain karena untuk menghindari hujan juga sekaligus untuk tidak terlalu memporsir tenaga lebih ekstra. Kenapa saya mengatakan demikian? Penyebab utamanya adalah jarak. Letak sekolah yang cukup jauh dengan tempat tinggal saya akan berbanding lurus dengan tenaga dan waktu untuk bisa sampai di sekolah. Jika saya baru berangkat pada hari Senin pagi maka saya harus berangkat lebih dini agar tiba tepat waktu. Tentu dengan tenaga yang lebih ekstra.
![]() |
Hujan turun begitu derasnya |
Dengan berangkat lebih cepat maka kita bisa lebih mendapat waktu istirahat yang lebih banyak dan siap bekerja dengan lebih bersemangat tentunya. Selain itu persiapan bisa dilakukan lebih maksimal. Yang tak kalah penting adalah tak ada lagi alasan tak berangkat kerja karena hujan.
Pertimbangan-pertimbangan diatas membuat saya cenderung lebih memilih berangkat ke sekolah lebih awal. Meskipun dengan resiko yang harus didapatkan juga. Salah satunya adalah tak bisa mengakses internet. Di sekolah tak ada jaringan internet. Jadi dengan masa sekarang yang sebagian besar serba internet, harus dipinggirkan dulu jika berada di sekolah.
Kami berangkat persis setelah salat Asar. Saya bersama ibu Anni akan berangkat kali ini. Tadinya Ia berangkat jam 11 siang dengan diantar suaminya namun hujan turun saat mereka di perjalanan jadi mereka putar balik sebab mereka membawa anaknya yang masih balita. Jadi sekitar jam 2 siang Ia menghubungi saya dan akan menumpang. Saya pun mengiyakan saja.
Di perjalanan cuaca cukup bagus saja. Barulah saat memasuki Dusun Ti'tok (bukan aplikasi Tiktok) hujan sempat turun meski tak deras. Barulah saat berada di Bontong, Desa Baruka (Kampung terakhir sebelum berbelok menuju Desa Bulo, letak sekolah kami) hujan turun. Seiring perjalanan semakin deras dan mulai nampak aliran air di jalan-jalan. Air ini mengalir lewat jalan karena drainase yang kurang bagus dan juga karena hujan memang turun begitu deras. Dapat dipastikan semua pakaian yang kami kenakan basah.
Namun kami harus tetap lanjut sebab gelap tak lama lagi akan segera tiba, tak ada jaminan hujan reda sebelum gelap tiba. Apalagi perjalanan masih beberapa kilometer lagi dan akan memasuki wilayah hutan. Tak ada rumah penduduk disana jadi diputuskan untuk tak singgah dan terus lanjut saja. Kami tiba di sekolah tak lama setelah salat Magrib tengah berlangsung.
Menonton PSM lagi
Saya segera mandi dan berganti pakaian. Lalu segera mengambil selimut dan menyalakan tv. Sebentar lagi PSM akan segera bermain. Kali ini melawan Madura FC di Stadion Madya Senayan. Tempat ini juga tak asing bagi PSM sebab pernah jadi kandang juga saat masih bermain di AFC Cup 2 tahun lalu.
Pekan lalu PSM harus bermain imbang melawan Arema FC dengan skor 1-1 meski lawan bermain 10 orang sejak menit ke 3. PSM tak beruntung saat itu. Ada banyak peluang dan beberapa diantaranya mengenai mistar gawang.
Kembali ke Madura melawan PSM, lawan kali ini cukup kuat. Dilatih Rahmad Darmawan yang sudah kerap juara. Juga diisi dengan materi pemain yang mentereng. Ada M Ridho sebagai penjaga gawang. Lalu ada Jaimerson Xavier dan Fachruddin Arianto sebagai palang pintu. Di tengah ada duet pemain asing asal Brazil dan Korea Selatan lalu ada Rafael Silva, Bayu Gatra dan David Lali di depan. Hampir semua pemain lokal pernah membela Tim Nasional Indonesia.
Tentu ini ngeri sekali. Apalagi jika melihat rekor pertandingan kedua tim, yang semuanya berakhir dengan kemenangan tim tuan rumah tanpa sekalipun seri. Nampaknya akan seru.
Pertandingan dimulai dan memang berjalan seru. Terutama di lini tengah. Perebutan bola terjadi dan beberapa kali terjadi pelanggaran. PSM bernasib baik dengan unggul terlebih dahulu lewat Ilhamuddin Armayn dengan memanfaatkan umpan kapten PSM, Wiljan Pluim. Ilham mencetak gol keduanya bersama PSM di Liga. Namun tak bisa bertahan hingga selesai karena di babak kedua Madura berhasil menyamakan kedudukan. Skor 1-1 kembali diraih PSM. Ini merupakan skor imbang pertama saat kedua tim saling berhadapan. Tetap disyukuri saja. Dapat satu poin. PSM harus segera bangkit dan meraih kemenangan untuk terus meraih posisi papan atas.
Setelah pertandingan masih ada Persija melawan PSIS. Tapi saya tak seserius ketika menyaksikan PSM tadi. Hujan pun turun begitu derasnya. Bahkan lebih deras yang turun sore tadi. Saya memilih tidur saja. Besok kerja. Lalu esoknya ketika pagi hari saya segera mandi dan bersiap ke kelas. Kali ini saya akan masuk di kelas VIII untuk memberikan Penilaian Harian yang pertama. Lalu lanjut di kelas VII juga Penilaian Harian. Setelahnya saya kembali ke kantor. Setelahnya memulangkan siswa. Beryukur pun tak lupa.
![]() |
Jalan yang kami lalui saat hujan turun |
Post a Comment for "Kehujanan dan PSM Makassar (Catatan Keseratus Dua Puluh Tujuh Sekolah)"