Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Menanam Lalu Berbenah (Catatan Keseratus Dua Puluh Sembilan Sekolah)

Seperti yang saya ceritakan sebelumnya bahwa kami tak lagi berdua di sekolah. Ada Ibu Hikmah beserta suaminya datang sehingga menjadi ramai. Lampu sempat padam seusai Salat Magrib. Sempat mencekam karena kondisi baterai HP mulai habis namun ternyata tak lama. 

Pagi hari sembari menunggu para siswa datang kami menyempatkan ngopi pagi dan mencicipi beberapa kue yang enak. Apalagi cuaca lumayan dingin. Jadi pas untuk suasananya.

Setelahnya saya memilih menanam kangkung yang masih tersisa. Ada sedikit lahan kosong di halaman depan dekat gerbang sekolah. Jadi ku tanami saja sebab masih tersedia bibit dan cocok untuk ditanami sebab tanahnya cukup gembur.

Kangkung

 

Saat tengah menanam seorang warga yang hendak berangkat ke kebunnya singgah lalu bercerita dengan saya. Beliau bertanya mengenai tanaman yang saya tanam. Sampai hal lainnya yang tentu sangat bergizi. Terakhir sebelum pamit perkataannya sangat berkesan. Pesan yang disampaikan adalah pesan kehidupan. Sungguh layak diamalkan. Kurang lebih pesannya dapat saya terjemahkan seperti "jangan mengambil apapun yang bukan milik kita meskipun itu nilainya tak seberapa bahkan tak bernilai". Kurang lebih begitu pesannya dalam bahasa Bulo yang saya pahami meski tak bisa saya ucapkan persis seperti ucapannya. 

Selepas itu saya kembali ke kantor berbincang dengan rekan-rekan lalu bersama Kepala Sekolah memperbaiki kran air sekaligus menambah jumlah kran. Hal ini dilakukan untuk tidak terlalu menimbulkan kerumunan jika hendak mencuci tangan sebelum masuk di kelas. 

Jadi kami menambahkan sebanyak 2 kran lagi. Sayangnya kami tak bisa langsung menguji coba hasil pasangan pipa itu. Air tidak mengalir sejak pagi tadi. Jadi belum bisa dicoba. Namun hal baiknya salah satu kran itu saya tempatkan persis disamping kebun sekolah. Sangat membantu untuk lebih meningkatkan produksi sayur nanti. 

 Saat akan pulang hujan ternyata turun lagi. Bahkan lebih deras lagi. Kami harus menunda kepulangan. Rencananya saya akan pulang bersama Ibu Riska sebab Pak Sahril pamit duluan karena harus melakukan tes PCR sebab besok akan melaksanakan seleksi PPPK. Tes itu menjadi prasyarat untuk bisa ikut dalam tes. Semoga hasilnya baik. Saat hujan sedikit reda kami putuskan pulang. Rejeki kami karena tak basah hingga tiba lagi di rumah.

Bulo, 15/9/2021

Muhammad Suaib Natsir
Muhammad Suaib Natsir Penyuka berat PSM Makassar, sehari-hari bertugas di SMPN 6 Satap Maiwa. Warga Enrekang

Post a Comment for "Menanam Lalu Berbenah (Catatan Keseratus Dua Puluh Sembilan Sekolah)"