Penuhi Janji Ke Matakali (Catatan Keseratus Tiga Puluh Sembilan Sekolah)
Lagi-lagi saya tak jadi berangkat Minggu sore. Tentu ada penyebabnya. Kali ini karena ada teman yang datang berkunjung di rumah. Mereka datang berdua, satu dari Bulukumba dan satunya lagi dari Parepare. Kami bersilaturahmi setelah sekian lama terpisah. Sibuk dengan rutinitas masing-masing, menjadi penghalang.
Sudah lebih dari 2 tahun kami tak berjumpa lagi, terkhusus Irfan yang jauh dari Bulukumba. Kalau Ikram sebenarnya sudah beberapa kali berkunjung ke rumah. Makanya saat mereka bilang akan datang saya katakan keterlaluan sekali itu Ikram kalau masih lupa jalan ke rumah😀.
Kami banyak bercerita tentang banyak hal. Kami sempat juga berjalan sebentar ke tempat yang bisa dikatakan wisata di Enrekang. Lalu malam harinya kami ke Buntu Sumbang melihat pemandangan lampu pertanian bawang merah yang terhampar. Lama tak kesana makin ramai dan indah saja pemandangan lampu pada malam hari. Apalagi malam Minggu, ada banyak yang kemping ceria.
![]() |
Lampu pertanian bawang merah |
Esok harinya kami berencana ke Salu Kanan, kampung Zul Firman salah satu teman sekelas juga dari Enrekang. Namun Ia belum tiba dari Morowali. Masih dalam perjalanan pulang. Mungkin baru tiba besok katanya. Jadi rencana berubah dan beralih ke Toraja. Disana ada juga Eni dan kami kesana. Sekaligus bersilaturahmi, apalagi saya yang tetangga kabupaten. Setelah puas berbincang kami ke tempat wisata yaitu Pango-pango. Pemandangan hutan pinus dan Kota Makale dapat dilihat dari ketinggian. Hawa dingin menusuk menambah kesan kunjungan kali ini.
.......
Kembali ke sekolah, dalam perjalanan saya bertemu di Ti'tok dengan Pak Sahril, ia kebingungan mencari HPnya yang jatuh di jalan. Untungnya HP itu ditemukan Om Ayong, supir mobil dari Bulo. Menurutnya ia hampir saja menginjak hp itu. Untungnya cepat dilihat. Perjalanan kami lanjutkan kembali bersama.
Tiba di sekolah kami seperti biasa melaksanakan tugas. Saya masuk di kelas 7, dan juga kelas 8 sesuai jadwal saya. Setelah penyampaian materi lalu ikut membantu Kepala Sekolah SD dan SMP juga para guru dan dibantu siswa menebang dahan dan ranting pohon.
Rencananya pohon ini akan ditebang tapi karena dibawahnya ada kabel listrik jadi terlebih dahulu dahan dan ranting ditebang agar tak mengganggu kabel. Karena panasnya cuaca kami pun menghentikan pekerjaan, selain karena susah juga kalau langsung menebangnya.
Berlanjut cerita kami kembali ke Kantor lalu banyak bercerita disana. Siswa juga sudah waktunya pulang. Sebelum semua pamit ternyata saya ketiduran. Saya baru terbangun sekitar pukul 13:00 lalu segera tunaikan kewajiban dan menutup pintu dapur yang sedari tadi terbuka.
Karena sendiri dan cuaca sedang bersahabat saya putuskan berangkat ke Matakali. Besok baru ke sekolah lagi bersama Pak Sukri. Saya berangkat sekitar jam 14:00 siang. Setiba di Baraka saya sempat kesasar karena terpesona dengan jalan beton. Ternyata itu merupakan jalan tani yang tidak tersambung ke Matakali. Saya salah arah. Untung ketemu sama warga dan diarahkan.
Perjalanan ke Matakali ternyata tidak terlalu jauh. Andaikan jalannya bagus mungkin waktu tempuh antar Bulo-Matakali hanya sekitar setengah jam saja. Sayangnya jalan masih berbatu dan licin bila turun hujan. Pantas saja Pak Sukri sudah jarang menginap. Ternyata memang dekat.
![]() |
lahan bekas kebun jagung di Matakali |
Setiba disana kami banyak berbincang mulai dari perjalanan, kondisi bapak, keadaan sekolah, apa yang mesti dilakukan kedepan, dan banyak hal lain. Saya disambut dengan hangat. Sudah 3 kali saya kesini. Lalu malam hari beruntung karena ada internet yang bisa diakses. Akses informasi dari luar bisa diperoleh. Lalu karena lelah saya pun pamit masuk kamar dan istirahat. Esok harus ke sekolah lagi.
Bulo, 25/10/2021
Post a Comment for "Penuhi Janji Ke Matakali (Catatan Keseratus Tiga Puluh Sembilan Sekolah)"