Pulang lagi (Catatan Keseratus Tiga Puluh Satu Sekolah)
Seperti biasa, Hari Minggu sore saya masuk pada sore hari. Kali ini agak lambat karena saya pikir cuaca cukup bersahabat. Sehingga soal cuaca tak akan menjadi soal dan bisa sampai tanpa harus basah-basahan.
Tiba di sekolah tepat malam hari, Setelah melaksanakan rutinitas wajib, lalu menyalakan tv dan menyaksikan pembukaan Liga 2. Setelah sekian lama menanti akhirnya bisa terlaksana juga. Laga pembuka akan dipertandingkan antara Persis Solo melawan PSG Pati (AHHA PS PATI FC).
Pembukaan Liga 2
Kedua klub yang saat masa transfer pemain sangat menggeliat berburu pemain. Deretan pemain kualitas nangkring pada kedua tim. Terkhusus Persis Solo yang sangat banyak menghadirkan pemain berkelas. Mulai dari Wahyu Tri, Abduh Lestaluhu, Fabiano, Eki Taufik, Delvin Rumbino, Beto, Miftahul Hamdi, hingga Ferdinan Sinaga. Menjadi bukti bahwa Persis nda main-main dalam mengarungi kompetisi sebab pemain-pemain diatas kualitasnya masih layak berada di Liga 1.
PSG Pati/AHHA PS Pati pun juga tak kalah, deretan nama-nama tenar juga ada di klub, Ada Ichsan Kurniawan, Nurhidayat HH, Rafli Mursalin, Zulham Zamrun, hingga Sutan Zico. Sehingga laga pembuka ini penuh gengsi. Dilatih Ibnu Grahan yang juga sudah punya nama, baik sebagai pemain maupun sebagai pelatih. Sebagai klub promosi, PSG Pati layak jadi perhatian sebab mereka juga bertekad langsung promosi ke Liga 1. Sangat menarik menantikan pertandingan ini.
Tak hanya di lapangan, tapi juga soal pemilik klub. Kedua klub ini dimiliki oleh kedua pesohor di negeri ini. Persis dipimpin oleh Kaesang, anak dari Presiden Jokowi sedangkan PSG Pati dimiliki oleh youtuber Indonesia, Atta Halilintar. Hal ini juga menambah keseruan jalannya Liga 2. Pada klub lain juga ada Rans Cilegon FC, Dewa FC, juga masih ada tim-tim tradisional seperti PSIM, Persijap, PSMS dan juga jangan lupa tim dari timur Indonesia.
Pertandingan berlangsung seru dan berhasil dimenangkan Persis Solo dengan skor 2-0. Berlangsung di Stadion Manahan Solo yang megah setelah renovasi. Juga kualitasnya yang mewah. Bahkan saat turun hujan tak ada tanda tergenang. Bagaimana dengan Makassar? Cukup berharap saja. Karena semua bisa hilang kecuali harapan.
Post a Comment for "Pulang lagi (Catatan Keseratus Tiga Puluh Satu Sekolah)"