Rapat, Tebang Pohon dan Kehujanan (Catatan Keseratus Enam Puluh Dua Sekolah)
Malam tadi tak banyak aktivitas yang saya lakukan. Hanya menonton sebentar lalu tertidur pulas. Saya ditemani Pak Syamsul yang datang kemarin sore saat saya masih menonton bola. Untungnya pintu masih terbuka sehingga tak membuat dia menunggu kunci tiba.
Pagi hari yang cerah rekan-rekan sudah mulai tiba. Rencananya hari ini akan dilaksanakan rapat lagi. Fokusnya adalah untuk memperbaharui jadwal pembelajaran setelah ada keputusan dari rapat para kepala sekolah dan pihak dinas pendidikan terkait. Hal ini terkait dengan pembelajaran era covid-19 yang harus tetap jalan meski tantangan covid-19 entah kapan usainya. Apalagi dengan maraknya varian omicron yang sudah mulai masuk di Indonesia.
Setelah para siswa pulang sekolah dan semua sudah berada di kantor, rapat pun dimulai. Hasilnya dibacakan setelah rapat usai. Hasilnya saya mendapat tambahan jam pelajaran PJOK. Artinya saya akan jadi guru olahraga lagi. Sama seperti awal-awal masuk dulu.
Saya pernah pegang mata pelajaran seni budaya dan PJOK. Mengingat sekolah kami kekurangan guru olahraga dan seni. Jadwal saya pun dipindah dari Senin dan Selasa menjadi selasa dan Rabu. Tak masalah, ini bagian dari tugas dan semua akan berjalan apa adanya. Jadi tak perlu dipersoalkan.
Selepas rapat, agenda berikutnya adalah menebang pohon yang ada di depan sekolah. Tak lupa juga dengan membantu petugas PLN yang datang memindahkan kabel listrik dan merapikannya. Agenda panjat-panjat untuk merapikan kabel cukup licin karena belum lama hujan turun lumayan deras.
Sementara itu begitu orang yang akan menebang pohon datang, lalu dipasang tali untuk menarik pohon ke arah lapangan agar pohon jatuh tidak ke arah bangunan sekolah. Tapi karena tidak ada tali panjang maka diganti saja dengan kabel yang dipotong milik PLN tadi.
Pohon telah tumbang |
Secara bergotong-royong pohon pun tumbang sesuai perkiraan. Mengarah ke lapangan dan tanpa ada bangunan yang rusak. Setelahnya ranting dipotong-potong agar lebih mudah memindahkannya. Lalu kabel pun juga selesai dipasang. Akhirnya pekerjaan selesai hari ini. Tak lupa secangkir kopi buatan ibu-ibu mesti dinikmati.
Begitu pulang di perjalanan cuaca makin tak berkawan. Pertanda sebentar lagi akan turun hujan lebat. Tapi sebenarnya hujan telah turun sedari tadi. Kebetulan saja pas saya lewat hujan reda. Barulah saat singgah menurunkan Ibu Anni dan Alia di Kaju Colo tak lama setelahnya hujan mengguyur begitu derasnya. Sampai saya di rumah.
Kejadian lain adalah ada sebuah mobil pengangkut barang di Balla terbalik. Besar kemungkinan akibatnya adalah karena faktor jalan. Boleh jadi juga karena muatan yang mungkin terlalu banyak. Tapi tuduhan saya mengarah pada jalan. Karena persis disitu jalannya tidak rata dan berlubang tepat di tengah.
Selain itu jalan ini sepanjang waktu selalu berair sehingga bisa jadi jalannya licin. Memang perlu selalu waspada dalam berkendara apalagi di jalan licin nan rusak ditambah dalam kondisi hujan begitu deras. Suasana kemacetan nampak terlihat untuk jalan menuju ke Baraka. Kebetulan saya berjalan sebaliknya jadi saya tak merasakannya.
Karena begitu derasnya hujan, pakaian yang saya kenakan sepenuhnya basah dan kemungkinan juga tas. Setelah tiba di rumah yang pertama diselamatkan adalah laptop yang ada di tas. Segera harus dikeluarkan.
Pemandangan tak elok pun saya lihat di jalan menjelang sampai di Cakke. Saat hujan sedang deras, nampaklah sampah mulai naik ke jalan. Selokan tersumbat oleh sampah, tanah dan tertutupi rerumputan. Airnya juga tak lagi keruh tapi menghitam. Sangat disayangkan kejadian ini sudah rutin namun tak ada tindakan berarti yang sifatnya solutif. Yang ada hanya saling menyalahkan padahal sebenarnya bukan soal siapa yang salah tapi mari gulung lengan baju lalu benahi bersama. Apalagi jika ada secangkir teh hangat ditambah jalangkote atau pisang goreng. Seperti itu cara kami mengatasi masalah di kampung. Saya yakin disana juga cuma lengan bajunya belum digulung.
Post a Comment for "Rapat, Tebang Pohon dan Kehujanan (Catatan Keseratus Enam Puluh Dua Sekolah)"