Jalur Kampung Baru Keras Bro (Catatan Ke 174 Sekolah)
Rabu pagi seperti biasa menyisakan kenangan dan kesegaran. Setiap hal di Bulo akan menjadi kenangan yang tidak akan mungkin terlupakan. Salah satu alasan kenapa catatan selama sekolah ini masih ditulis hingga kini sudah 174. Tak melewatkan sekali pun. Paling tidak ada kenangan dan banyak hal yang bisa ditertawakan
Menyegarkan karena Rabu adalah jam pelajaran olahraga. Badan terasa segar ikut pemanasan, mengolah tubuh yang kian kaku dan minim gerak. Kali ini kami bermain voli. Hal yang paling disukai siswa. Banyak yang begitu mahir memainkannya.
Begitu usai, masih ada di kelas 7 mata pelajaran PPKn. Seputar kerja sama dalam berbagai bidang. Sudah hampir menyelesaikan sebenarnya. Tinggal dua kali pertemuan lalu dilaksanakan penilaian harian.
Disela-sela pelajaran di kelas 7 saya menyempatkan ke samping kelas 7. Bersama Pak Sukri. Ada hal yang ingin ditunjukkan. Bunga durian. Sebenarnya sejak minggu lalu disampaikan namun baru bisa melihatnya hari ini.
Menurut Pak Sukri, sejak ditanam ini pertama kali pohon durian berbunga. Kerennya lagi karena bunganya banyak. Potensi buahnya otomatis akan banyak juga. Sebuah kegembiraan tersendiri. Mesti dikawal ini hingga berbuah. Kalau perlu sampai dinikmati buahnya.
Bunga durian |
Menurut Pak Sukri juga bahwa ini terjadi karena kemarau yang terjadi beberapa waktu lalu cukup untuk membuatnya mengeluarkan bunga. Sebab jika hujan berkelanjutan bunga sulit terjadi. Pelajaran baru bagi saya. Pak Sukri pengalaman sebab di kampungnya sangat banyak pohon durian.
Begitu pembelajaran selesai, kami berkemas untuk pulang. Besok hari libur nasional. Teman-teman Hindu akan merayakan Nyepi.
Teringat sebuah cerita menarik mengenai nyepi. Sebuah pengalaman menarik yang patut diteladani ditengah krisis keteladanan yang kini melanda negeri. Cerita ini disampaikan oleh teman kuliah saya saat sedang merayakan nyepi.
Katanya bahwa di tempat tinggalnya saat merayakan nyepi, maka yang bertugas menjaga perkampungan adalah warga yang tidak merayakannya dan beragama Islam. Begitu pula saat umat Islam merayakan Idul Fitri, umat Hindu yang bertugas menjaga kemananan kampung. Hal yang tak banyak disampaikan kepada khalayak. Keteladanan seperti ini sebenarnya yang dibutuhkan dalam bermasyarakat.
Saling menjaga dan menghargai. Pelaksanaan ritual keagamaan menjadi lebih lancar. Seperti saat proses perumusan Pancasila. Ada ego yang hendak dijaga demi kebaikan semua. Tak mengedepankan ego kelompok tertentu.
Ketika bersiap pulang, Pak Sukri pulang lebih dulu. Lalu saya dan Pak Syamsul menyusul pulang. Kami lama mencari kunci ternyata dibalik tumpukan kertas. Kami pulang lewat Kampung Baru.
Seingat saya terakhir kali saya lewat sini tahun 2021 lalu. Kalau tidak salah pada bulan Maret. Sudah setahun ternyata. Jalur masih sama sangat ekstrim. Masih bebatuan dan tanah. Beruntungnya karena jalanan sedang kering dan tidak ada tanda-tanda mau turun hujan.
Sangat banyak yang berubah. Kebun dan hutan sudah banyak yang dibuka untuk jadi lahan pertanian. Terjadi hampir disepanjang jalan. Saya sempat terheran dengan kondisi yang ada. Sudah begitu banyak perubahan. Padahal tahun lalu tidak sebanyak ini lahan yang dibuka.
Satu yang tetap jalan masih sangat ekstrim. Namun ini yang sehari-hari dilalui oleh warga. Tak ada pilihan lain selain menikmati saja. Jika ada pihak berwenang yang membacanya bolehlah meninjau lokasinya. Letaknya di Dusun Kampung Baru Desa Bulo Kecamatan Bungin. Menghubungkan jalan dengan Dusun Asaan Desa Kadingeh Kecamatan Baraka. Butuh sekali diperbaiki jalan ini. Semoga segera diperbaiki.
Belalang, 2 Maret 2022
Post a Comment for "Jalur Kampung Baru Keras Bro (Catatan Ke 174 Sekolah)"