Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Petaka dan PTS Genap (Catatan Ke 175 Sekolah)

 Setelah lebih dari sebulan akhirnya berangkat sore dan bermalam lagi. Namun kali ini keberangkatanku terhambat sedikit oleh hujan yang turun sepanjang jalan. Tapi toh nyatanya saya tetap jalan saja. Terhambat bukan berarti penghalang untuk jalan terus.

Di samping itu juga ada kejadian di dekat Kampung tentang eksekusi tanah oleh pihak Pengadilan Negeri Enrekang yang terjadi sebelum berangkat ke sekolah. Hal yang tak pernah terjadi sebelumnya di kampung. Atau kira-kira penjelasannya seperti ini, aksi perlawanan rakyatnya yang sebelumnya belum pernah terjadi. 

Sebenarnya tak perlu dibahas tapi karena ini akan jadi kenangan jadi singgung sedikit saja dan yang saya tahu saja. Mengenai eksekusi tanah bisa dibaca di banyak media soal kenapa terjadi eksekusi dan pembelaan dari pihak tergugat. Baca dari kedua pihak agar kesempatan mengakses informasinya berimbang. 

Hal berikut soal aksi menolak eksekusi adalah hal baru bagi warga. Itulah yang saya ketahui. Jadi soal banyak isu yang menganggap bahwa ini bayaran itu soal lain. Saya yakin yang dominan disitu adalah para warga yang bersolidaritas dan memang mereka adalah keluarga. Soal mana yang benar dan salah tak akan ada disini. Saya cuma menyinggung saja sedikit dan yang saya ketahui. 

Berangkat Ke Bulo

Lalu kembali pada soal berangkat ke sekolah, hujan turun dan mengharuskan saya memakai mantel. Sepanjang jalan saya tak melepasnya meski sebenarnya hujan tak begitu deras. Akan tetapi akan membasahi jika tak dipakai. Setelah sampai di Baraka, saya singgah membeli perbekalan selama di sekolah. 

Untuk selanjutnya saya berangkat karena malam segera tiba. Magrib berkumandang saya masih diperjalanan. Begitu memasuki Desa Bulo dan lokasi pengerjaan jalan, ternyata saya salah jalur.

Harusnya jalur yang benar ada di kiri saya. Namun saya mengambil jalan yang kanan. Pertimbangannya karena jalan di kanan itu luas. Saya jalan saja dan petaka pertama terjadi ketika menemui penyempitan jalan. Saya singgah sebentar untuk mengecek apakah bisa dilalui. Sembari mempertimbangkan untuk kembali. Namun untuk opsi terlalu melelahkan jika dilakukan. Karena masih ada sedikit jalan maka daya lanjut saja. 

Petaka kedua datang ketika sampai pada turunan. Di ujung jalan ada sungai kecil. Tak ada jalan lain. Mau kembali juga sudah terlalu jauh. Saya sendiri juga dan apesnya lagi kejadiannya di tengah hutan. Kembali saya turun sebentar dari motor. Tapi lampu motor harus tetap menyala karena membantu pencahayaan. Setelah melihat jalan, tak ada jalan lain didepan. Jalan keluarnya cuma dua, kembali keatas dengan resiko jarak yang jauh atau mengangkat motor. 

Setelah berpikir cepat dan sedikit kepanikan, saya putuskan memilih opsi kedua. Terlebih dahulu saya cari batu dan barang keras untuk menumpuknya di samping jalan agar motor bisa naik. Tapi tidak bisa. Lalu saya coba angkat ban motor bagian depan. Sementara itu kanan harus tetap waspada agar  motor tidak jatuh. Singkatnya ban depan berhasil saya angkat naik di jalan cor. Sisa ban belakang. Dengan bantuan batu yang saya tumpuk tadi bannya bisa terangkat juga. 

Istirahat sejenak lalu tertawa sedikit. Akhirnya saya lalui ini meski sebenarnya saya juga heran kenapa bisa saya angkat motor. Tapi tak apalah yang penting saya sudah lolos dari jebakan salah jalur. Begitu lanjut, tak lama kemudian saya sampai di sekolah. 

Petaka berikutnya adalah air tidak mengalir di sekolah. Lalu semua kolam di wc tak ada air. Juga pada tandon air yang kosong. Padahal kebutuhan penting untuk hidup adalah air. Mencoba bertahan karena air dalam penampungan di dapur masih ada dan bisa bertahan setidaknya hingga besok. Paling tidak untuk dikonsumsi. 

Alhasil saya cuma menonton sebentar. Tontonannya adalah X Factor Indonesia. Setidaknya menghibur untuk malam ini saat petaka menghampiri. Lalu mencetak soal untuk persiapan besok PTS. Selebihnya tertidur.

Penilaian Tengah Semester

Hari kedua pelaksanaan penilaian tengah semester adalah jadwal saya di kelas. Terlebih dahulu di kelas 8 lalu pada jam terakhir di kelas 9. Tak terasa saja sudah masuk lagi pada seperempat akhir tahun pelajaran 2021-2022. 

Rasanya baru saja kami memasuki tahun ajaran baru. Kini sudah masuk saja fase akhir. Itu artinya tak lama lagi akan ada yang meninggalkan dan akan ada yang datang. Tapi itu tak menjadi soal. Memang seperti itulah siklus hidup. Ada pertemuan pasti akan ada perpisahan. 

Penilaian tengah semester ini akan berlangsung selama satu pekan. Saya kebagian jadwal pada Selasa dan Rabu. Kebetulan besok pengawas baru akan datang jadi kami akan menginap sehari lagi. 

Pengawas berganti setelah adanya penambahan pengawas sekolah dari Dinas Pendidikan. Mungkin pembagian sekolah binaan dibagi rata dan kebetulan pengawas lama kami sudah cukup berumur jadi boleh jadi dialihkan kepada pengawas baru yang tenaganya masih ekstra. Artinya ada semangat baru yang akan timbul.

Setelah pts selesai saya beristirahat dan berencana sebentar malam akan mencetak soal lagi untuk besok. Mengingat siswa kami yang tak banyak jadi waktu mencetak soal jadi lebih fleksibel. Tak terlalu merepotkan dan memerlukan banyak tenaga, mulai dari mencetak, pengemasan dan sampai dikembalikan ke guru mata pelajaran. Syukurnya adalah air sudah mengalir kembali. Saya jadi riang kembali. 
Selasa Pagi 


Bulo, 7-8 Maret 2022

Muhammad Suaib Natsir
Muhammad Suaib Natsir Penyuka berat PSM Makassar, sehari-hari bertugas di SMPN 6 Satap Maiwa. Warga Enrekang

Post a Comment for "Petaka dan PTS Genap (Catatan Ke 175 Sekolah)"