Persiapan Penamatan (Catatan Ke 192 Sekolah)

Aktivitas pagi di sekolah dimulai dengan bersih-bersih. Mendengar kabar bahwa penamatan diundur maka persiapan berubah. Dengan kelonggaran waktu 1 hari maka akan digunakan untuk bersih-bersih. Termasuk membenahi dengan pengecatan pada beberapa tempat.

Aktivitas berikutnya setelah bersih-bersih dilakukan yaitu kembali masuk di kelas 7. Belajar dan sekaligus pertemuan terakhir karena pekan depan sudah akan dilaksanakan penilaian akhir tahun (PAT). Akhirnya senang bisa menuntaskan materi juga.

Lalu ada kegiatan penamatan dari SD 86 Bulo. Kami kesana menghadiri acara. Begitulah kira-kira kegiatan hari ini selama bersekolah. Setelahnya masih banyak kegiatan yang dilakukan.

Akan tetapi sebelum bergeser ke agenda berikutnya saya menyempatkan sebentar menyaksikan pertandingan bulutangkis Indonesia Master. Sebagai olahraga kebanggaan Indonesia saya juga turut menyaksikan meski tidak secara langsung di gelanggang. Kerennya karena ajang olahraga ini sudah bisa disaksikan langsung penonton dan tempatnya berlangsung di Istora Senayan. Tempat yang menurut banyak atlet jadi favorit untuk bertanding. Dalam pembuktiannya silakan dibuka saja di gawai masing-masing.

Setelahnya kami sudah harus sibuk bersiap untuk acara penamatan besok. Orang tua siswa pun ikut datang membantu. Bahu membahu mensukseskan kegiatan penamatan. Menurut info dari Kepala Sekolah bahwa kegiatan ini telah lama tidak dilaksanakan. Apalagi dalam 2 tahun terakhir karena sedang dalam masa pandemi Covid.

Para ibu-ibu sibuk dengan urusan dapurnya. Ibu guru yang lain sibuk untuk penampilan pada acara besok. Sedangkan kami para lelaki sibuk bantu-bantu dan juga memasang papan nama sekolah yang baru akan dipasang setelah dilakukan pengecatan. Beberapa siswa juga ikut membantu.

Memang benar bahwa gotong royong memang adalah ciri dari kehidupan masyarakat di Indonesia. Terlepas dari namanya pada hakikatnya itu semua adalah gotong royong. Tak heran dalam pidato Bung Karno 1 juni dalam usulannya mengenai dasar negara tak ragu menyebut dasar negara gotong royong jika ingin diperas menjadi 1. Karena memang demikianlah budaya kita.