Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tanaman Baru

Derasnya hujan menjadi pertanda sore itu. Hujan turun sekitar pukul 03:00 sore waktu setempat. Sudah terprediksi sebelumnya. Kini telah masuk musim hujan. Disini, hujan turun hampir tiap hari dan tentunya deras. 

Karurung ini masih cukup asri dan hijau jika dibandingkan dengan wilayah lain yang berada dibalik gunung itu. Memang yang menjadi batas dari wilayah yang satu dengan yang lain adalah gunung. Disepanjang gunung itu biasanya terdapat hutan. Di Karurung salah satu wilayah dengan hutan yang masih cukup baik. 

Dia datang sekitar jam 09:00 wita seperti biasanya. Menggunakan motor bebek yang telah ia kendarai selama bertahun-tahun ia tiba dengan sesuatu yang beda. Ada beberapa anak pohon yang dibawanya. Kulihat ada pohon ketapang dan beberapa pohon lain yang aku tak tahu namanya.

"Sudahmi mukerja itu yang kemarin...?" Tanya Dia.

"Belum pak, saya tidak dapat formatnya di laptop", aku menjawab

"Aduhhhhh namintami boska, berapa kalimi menelpon", jawabnya lagi

"Itumi pak, seandainya ditau formatnya mungkin cepatji jadi", sahutku

Dia pun segera masuk ke ruanganya yang baru. Memang baru saja kantor dipindahkan dari tempat yang lama ke tempat yang baru. Yang seharusnya jadi ruangan baca itu. Aku melihat perhatian kepada membaca disini memang masih sangat kurang. Termasuk anak-anak di desa itu. Perpustakaan yang dibangun di desa-desa masih sepi pengunjung. Meski para pegiat minat baca tak henti-hentinya meneriakkan gerakan minat bacanya. Namun itu belumlah maksimal. Tapi aku yakin dengan upaya pembiasaan akan ada perubahan dibaliknya. Begitulah kira-kira tekad para pegiat literasi yang sering nangkring di media sosial ku. Salah satu upaya yang beberapa kali kulakukan di Karurung adalah dengan membawa beberapa buku novel tiap datang ke tempat itu. Rasa-rasanya belum banyak berhasil. Namun setidaknya ada beberapa perubahan yang terjadi. Awalnya Aku bertanya "suka baca novel?

"apa itu dibilang novel?" Jawab salah seorang anak (seumuran SMA) di Karurung

"Ini yang namanya novel (sambil memperlihatkan novel, Pada Sebuah Perpustakaan di Surga karya Dul Abdul Rahman)" kujawab begitu

"Apa isinya?", Anak itu bertanya lagi

"Kalau mau baca boleh dipinjam asal jangan dirusak apalagi dihilangkan, kujawab kemudian 

Namun ia(anak itu) urung meminjamnya. Ia beralasan nda suka membaca. Apalagi yang tebal-tebal. 

Kembali kepada tanaman yang Dia bawa pagi tadi. Sebelum kumandang adzan duhur kulihat Dia sudah menanam semua tanaman itu. Ada 6 pohon yang ia tanam.

Salah satu yang patut dikagumi adalah Dia memang cukup rajin merawat tanaman. Cukup sering Aku melihatnya menyiram tanaman. Begitupun menanamnya. Sudah 4 mangga yang ia tanam dan beberapa sudah pernah berbuah. Rasanya manis. Katanya mangga itu dinamai mangga madu oleh penjualnya saat ditawarkan padanya 4 tahun lalu. Menurut penjual itu tanaman mangga itu hanya butuh 2-3 tahun untuk bisa berbuah dan dengan gaya promosi khas pedagang tentunya. 2 dari 4 pohon itu memang telah berbuah. Namun belum sempat dinikmati karena belum sempat mangga itu masak sudah mulai berkurang akibat rujak dan anak anak yang terlalu rapa-rapa. Alhasil hanya beberapa yang bisa dimakan sampai matang. 

Meskipun cukup sering lalai dengan apa yang dikerjakan dalam kesehariannya, Dia patut diberikan jempol soal kecintaannya terhadap lingkungan. Taman depan kantornya begitu indah dipandang. Dirawat dengan baik dengan bantuan seorang ibu dari Karurung. Mereka cukup kompak bersinergi merawat tanaman di depan kantornya. Belum lagi soal keuletannya dalam mengkampanyekan gerakan bebas  sampah plastik. Kondisi sampah plastik menjadi fenomena yang sangat mengkgawatirkan kini. Indonesia adalah salah satu negara penghasil sampah plastik di dunia. Itu sebabnya Dia getol dalam kampanye gerakan anti sampah plastik. 

Salah satu upaya yang ia galakkan di kantornya adalah dengan gerakan membawa tumblr. Dia melakukan gerakan itu dengan memberi contoh langsung. Menurutnya botol air mineral harusnya bisa dikurangi dengan membawa tumblr. Sebagai langkah kecil dengan dampak yang begitu besar jika dilakukan secara massif disemua lini. Dia cukup berapi-api saat menyampaikan gerakan ini di hadapan masyarakat Karurung. 

Hingga akhirnya tanaman itu pun telah usai ditanam dan beruntungnya karena tidak lama setelah ditanam hujan pun turun seolah Tuhan merestui perjuangannya dan ketulusannya dalam menjaga lingkungan. Dia berkata "Tumbuhlah dengan segala keindahanmu". 


28 Januari 2020
Muhammad Suaib Natsir
Muhammad Suaib Natsir Penyuka berat PSM Makassar, sehari-hari bertugas di SMPN 6 Satap Maiwa. Warga Enrekang

2 comments for "Tanaman Baru"