Minyak Goreng Langka, Mahal dan Banyak Merk
Info mengenai kelangkaan minyak goreng sudah berseliweran di media pemberitaan manapun belakangan ini. Beberapa kali saya melihat di tv juga seringkali nangkring di media sosial saya. Padahal minyak goreng salah satu bahan pokok yang penting untuk semua lapisan masyarakat.
Tak cuma soal kelangkaan tapi juga soal harga. Jika barang langka, harga akan naik. Jika barang langka permintaan akan naik. Begitu kira-kira sederhananya. Dalam teori ekonomi yang banyak membahas soal ini. Itu yang saya ingat saat belajar di SMA dulu.
Padahal berbagai kebijakan pemerintah sudah dilakukan. Ada operasi pasar, menetapkan harga eceran tertinggi dan memberikan subsidi dan beragam kebijakan lainnya. Nyatanya itu belum jadi solusi.
Sebelumnya saya sempat membaca tulisan di media Kompas.com dengan judul "minyak goreng masih langka dan mahal, apa penyebabnya?". Menurut tulisan itu penyebab terjadinya kelangkaan adalah penggunaan CPO yang jadi bahan pembuatan minyak goreng terbatas. Syaa bingung apa itu CPO?. Setelah googling barulah saya tahu CPO adalah minyak sawit.
Sebenarnya saya juga bingung kenapa bisa langka padahal luas kebun sawit di Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya. Bahkan menurut data Kompas juga tahun 2019 luas kepala sawit di Indonesia mencapai lebih dari 14 juta hektar. Tapi saya tak begitu paham jika membedah lebih lanjut.
Sebab berikut adalah kebingungan retailer. Hal ini berkaitan dengan kebijakan pemerintah dengan penetapan HET. Penjual juga kebingungan karena mereka mesti menjual minyak sesuai harga eceran tertinggi yang jadi kebijakan pemerintah, sedangkan barang yang mereka jual adalah stok lama yang harganya mahal.
Pemerintah juga dinilai lambat mengantisipasi hal ini. Sehingga kondisi semakin kacau di pasar. Hal lain juga dipengaruhi oleh pihak tak bertanggung jawab melakukan penimbunan.
Saya sebenarnya tak begitu peduli dengan ini. Tapi karena saya yang biasanya bertugas membeli minyak tapi tadi diambil alih sama bapak saya. Minyak goreng yang sampai di rumah hasil pembelian Bapak saya kok agak beda dari biasanya. Jika biasanya minyak goreng yang dibeli adalah merk yang familiar semisal Bimoli, Sunco, Fortune atau Sania(saya tahu karena ini tugas saya di rumah). Namun kali ini merknya beda.
Meski masih bisa mendapatkan minyak goreng meski dengan merk yang berbeda, hal ini semakin menjadikan saya yakin bahwa minyak betul-betul langka di pasaran. Juga harganya (masih)mahal.
Tak biasanya merk seperti ini dijual. Saya meyakini karena terlalu langka, para penjual tingkat rumahan mau membeli minyak dengan merk apa saja. Karena akan tetap dibeli oleh masyarakat. Beberapa waktu terakhir di media sosial utamanya facebook, saya melihat berbagai kemasan minyak goreng dengan merk baru. Entah saya yang baru melihatnya ataukah memang karena baru. Saya lihat ada yang bermerk Jujur, Siip, Dunia, Lasani. Merk saya yakin baru muncul setelah kelangkaan minyak.
Pada akhirnya mau beralih ke minyak kelapa juga amat lebih susah. Selain lebih langka juga bahan bakunya sudah sulit ditemui. Soal minyak goreng tak hanya mengusik ibu-ibu di dapur tapi juga bapak-bapak. Selain harus memastikan kompor tetap menyala, juga harus ikut antre membeli minyak goreng.
Post a Comment for "Minyak Goreng Langka, Mahal dan Banyak Merk"