yang lalu dan kini
mentari yang terbit mewarnai pagi yang cerah. Iya pagi itu memang terik mentari sangat menyengat karena musim kemarau sedang melanda kampung tercinta. tercatat kurang lebih 3 minggu yang lalu hujan mulai menjauh dari kampung kami tercinta.
Belalang, Kelurahan Mataran, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan. itulah tempat saya dilahirkan. tempat dimana saya hadir menjadi seorang yang berkesempatan menikmati segala yang disediakan tuhan dengan alamnya dan mungkin juga tempat dimana aku akan menghabiskan sisa sisa usia. Kami disini disuguhi dengan pemandangan alam yang cukup menyegarkan pandangan pemberian sang pencipta yang seakan mewarnai indahnya keceriaan dan kesejukan.
sebagai kampung yang terletak dipinggiran jejeran pegunungan yang menjadi sumber keindahan kampung. Memang Kabupaten Enrekang adalah daerah yang sebagian besar daerahnya adalah dataran tinggi dan pegunungan yang menjulang dari ujung enrekang bagian selatan sampai di bagian utara yang berbatasan langsung dengan tana toraja. sehingga tidak salah ketika di Enrekanglah puncak tertinggi di pulau Sulawesi dengan pegunungan Latimojongnya.
keramahan dan kebaikan warga masyarakat menjadi keistimewaan tersendiri bagi masyarakat yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan. dan itu pun sama halnya dengan apa yang ada di kampungku. dimana kita hidup rukun dan tenteram. suasana keceriaan selalu ada dalam keseharian warga.
setiap pagi masyarakat sudah mulai bergegas dari rumah untuk segera menuju ke ladang pertanian yang ada di sekitaran gunung dan bukit yang ada. jadi harus pagi-pagi sekali mereka harus berangkat karena jalan yang dilalui selalu tanjakan. sore hari pun demikian halnya. dan ini terjadi setiap harinya.
pun yang terjadi pada kami ketika masih anak anak dimana bermain harus menjadi kewajiban bagi kami anak anak. setelah sekolah usai bermain jadi ajang selanjutnya. dan dengan beragam macam jenis permainan kami lakukan dan itu menyenangkan.
tahun demi tahun berlalu ketika masa masa nikmatnya kampung harus berlalu seiring dengan bertambahnya usia dan kewajiban untuk belajar dan sekolah. kini situasinya agak berbeda. telah banyak yang berubah dari kampung halaman.
kampung yang dulunya asri dengan hamparan pohon menjulang tinggi kini mulai habis digunduli demi tuntutan hidup dan persaingan ekonomi yang kian pesat dari kalangan masyarakat. saya melihat kini suasana asri kampung halaman kini mulai menjauh oleh karena tindakan yang dilakukan entah itu perlakuan manusia yang dituntut untuk selalu tidak puas dengan apa yang dimilikinya saat ini ataukah perbuatan alam yang sudah mulai menua.
kampung yang dulunya ramai akan anak anak yang bermain denga beragam jenis permainan tradisionalnya kini mulai hilang dengan munculnya mainan modern yang lebih canggih dan lebih praktis. yang pada akhirnya berdampak pada munculnya kecemburuan sosial diantara anak anak sendiri. selain itu dengan adanya pergeseran seperti ini interaksi sosial yang terjadi pada anak-anak kini sudah mulai berkurang dan hampir tidak ada. padahal masa bermain anak anak sangat bermanfaat bagi terbentuknya keterikatan batin yang memang perlu untuk diperadakan.
munculnya budaya konsumtif yang ada dalam masyarakat tidak dibarengi dengan kontrol yang seharusnya ada. apa yang dia ingin kan wajib untuk dibelinya meskipun secara kegunaan belum tentu berguna baginya saat itu. bahkan ini juga melanda pemuda pemudi yang seharusnya masih harus mengenyam dunia pendidikan tapi karena mereka tergoda akan kepuasan yang menurutku sesaat. tak heran jika angka putus sekolah di kampung kian mengalami peningkatan yang signifikan tiap tahunnya. dan seharusnya ini menjadi perhatian yang ekstra serius karena ini menyangkut masa depan generasi pelanjut bangsa ini.
sungguh banyak kemudian permasalahan permasalahn yang dihadapi masyarakat saat ini dan seakan masyarakat tidak menyadari akan hal ini. perlu ada kesadaran untuk mengembalikan kehangatan dan kekeluargaan kini.
miris memang melihat semua ini ditengah tuntutan persaingan yang menuntut kreatifitas yang tinggi justru kondisi yang ada malah semakin mempersulit untuk bisa hidup dalam kerasnya persaingan hidup.
semoga kedepan kita semua sadar bahwa budaya konsumtif itu harus dievaluasi karena kita akan semakin tertinggal ketika hal ini masih terus dipelihara. kita harus kembali membangun tanah kelahiran kembali kepada jalur sebenarnya yang akan mencerminkan masyarakat yang beradab dan menjunjubg tinggi kekeluargaan. aminn.
*Keluh Kesah Warga Kelurahan Mataran yang Menginginkan Perubahan
Post a Comment for "yang lalu dan kini"