Kolaborasi Efektif (Catatan Keseratus Enam Puluh Empat Sekolah)
Malam tadi kami masih berdua. Rekan-rekan yang lain nampaknya baru akan datang esok hari. Karena waktu cukup lowong jadi saya gunakan untuk menonton film yang baru saya unduh sebelum kesini. Filmnya dari Tiongkok sana. Adapun judulnya yaitu The Battle at Lake Changjin. Saya tak akan banyak mengulas karena masih harus ditonton sekali lagi agar lebih paham.
Film berdurasi hampir 3 jam ini tidak adan selesai ditonton jika filmnya tidak menarik. Durasi yang amat lama untuk sebuah film dan banyak yang kaget jika belum menontonnya. Seingat saya terakhir kali saya menonton film dengan durasi sekitar 3 jam saat menonton film Gandhi. Hampir sama dengan pernyataan saya tadi bahwa film ini tidak akan selesai jika tidak menarik.
Tampaknya film Tiongkok memberi kesan tersendiri bagi saya. Meski bukan penonton film ulung tapi ada beberapa film dari Tiongkok yang membuat saya tak berhenti mencari judul baru lagi. Yang lain sebenarnya bukan film tapi lebih kepada serial drama, namun sederhananya semua dari Tiongkok dan menarik.
Kalau The Battle at lake Chang jin adalah film yang berkisah seputar awal kemerdekaan China sebagai sebuah negara setelah lepas dari kekaisaran dan dipimpin oleh Mao Zedong. Berkisah tentang peperangan korea. Dimana Amerika Serikat ikut berperang dan ingin menguasai Korea sepenuhnya. China sebagai negara yang baru berdiri merasa perlu terlibat dan perlu membuat keputusan. Singkatnya mereka membantu Korea Utara memenangkan perang melawan Amerika. Singkat cerita prajurit China yang dikenal patriotik turun dan melawan Amerika. Kalau mau lebih jelasnya sila nonton sendiri saja.
Dua serial Tiongkok lain yang pernah saya tonton adalah Legenda Fei dan Pedang di atas Salju. Sebenarnya ada lagi tapi belum saya selesaikan semua episodenya jadi cukup dua ini saja. Legenda Fei sendiri ada lebih dari 50 episode dan sudah lebih dari 2 kali saya tuntaskan. Sedangkan Pedang di Atas Salju sudah saya tuntaskan baru-baru ini bahkan saya tengah menonton untuk kedua kali. Saya jadi tertarik menonton film Tiongkok setelah terkena virus serial ini.
Tapi tak soal, film pun bisa jadi sarana edukasi yang justru boleh jadi lebih efektif. Bisa dinikmati segala kalangan, akses yang mudah dan lebih hidup. Bahkan sebenarnya bisa dipakai dalam pembelajaran.
Pernah sekali saya waktu masih ditugaskan mengajar mata pelajaran seni budaya saya berikan tayangan Charlie Chaplin. Kebetulan materi seni budaya ada materi pantomim. Dan nonton Charlie Chaplin adalah yang paling realistis saya lakukan. Karena jujur saya sendiri tak paham soal pantomim dan cuma pernah nonton di tivi. Alhasil saya ajak mereka nonton Charlie Chaplin. Selain tertawa terbahak-bahak tentu dapat juga pelajaran pantomimnya.
Pernah sekali waktu juga saya memberikan tontonan kepada beberapa siswa tentang sebuah sindrom yang kesulitan dalam membaca. Film asal India yang tenar dimana-mana. Judulnya Taree Zamen Peer. Setelah menonton filmnya mereka seperti lebih paham. Rasanya efektif juga dengan film sebagai media pembelajaran.
Post a Comment for "Kolaborasi Efektif (Catatan Keseratus Enam Puluh Empat Sekolah) "